BUDIDAYA TANAMAN KOPI ( Coffea sp.)



   Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu.Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).

Era penemuan biji kopi dimulai sekitar tahun 800 SM. Pada saat itu, banyak orang di Benua Afrika, terutama bangsa Etiopia, yang mengonsumsi biji kopi yang dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh. Penemuan kopi sendiri terjadi secara tidak sengaja ketika penggembala bernama Khalid mengamati kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga bahkan setelah matahari terbenam setelah memakan sejenis beri-berian. Ia pun mencoba memasak dan memakannya. Kebiasaan ini kemudian terus berkembang dan menyebar ke berbagai negara di Afrika, namun metode penyajiannya masih menggunkan metode konvensional. Barulah beberapa ratus tahun kemudian biji kopi ini dibawa melewati Laut Merah dan tiba di Arab dengan metode penyajian yang lebih maju.

MACAM MACAM DAN JENIS KOPI
Dari sekian banyak jenis biji kopi yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta). Masing-masing jenis kopi ini memiliki keunikannya masing-masing dan pasarnya sendiri.

Biji kopi arabika
Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. n besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini. Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dSebagiaan Indonesia. Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26 oC. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.

Biji kopi robusta
Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak.Selain itu, cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas daripada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m di atas permuakaan laut. Selain itu, kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini menjadikan kopi robusta lebih murah. Kopi robusta banyak ditumbuhkan di Afrika Barat, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan.

Kopi luwak
Jenis kopi yang lain merupakan turunan atau subvarietas dari kopi arabika dan robusta. Biasanya disetiap daerah penghasil kopi memiliki keunikannya masing-masing dan menjadikannya sebagai suatu subvarietas. Salah satu jenis kopi lain yang terkenal adalah kopi luwak asli Indonesia. Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia. Proses terbentuknya dan rasanya yang sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi jenis ini. Pada dasarnya, kopi ini merupakan kopi jenis arabika. Biji kopi ini kemudian dimakan oleh luwak atau sejenis musang. Akan tetapi, tidak semua bagian biji kopi ini dapat dicerna oleh hewan ini. Bagian dalam biji ini kemudian akan keluar bersama kotorannya. Karena telah bertahan lama di dalam saluran pencernaan luwak, biji kopi ini telah mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami di dalam perut luwak yang memberikan cita rasa tambahan yang unik. Luwak hanya memilih kopi yang benar benar tua dan jika kopi masih muda atau setengah matang Luwak tidak mau memakannya. Tetapi jenis ini tidak dapat diterima oleh negara-negara tertentu terutama negara dengan mayoritas penduduknya beragama islam termasuk Indonesia ( luwak adalah kopi asli Indonesia ) karena menurut ajaran Islam segala sesuatu yang berasal dari kotoran adalah najis dan haram ! pendapat ini seharusnya dikaji lebih mendalam lagi ? najis yang sifatnya material bukankah bisa dibersihkan dengan berbagai cara tetapi najis yang bersifat rohani itu yang tidak bisa dibersihkan ! (amarah, dengki, dusta, dll ). Disisi lain kopi Luwak adalah kopi Asli Indonesia, bukankah hal ini harus dihargai sebagai salah satu bentuk hasil alam Indonesia.

Kandungan Kopi
Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi.Kafein sendiri merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit. Berbagai efek kesehatan dari kopi pada umumnya terkait dengan aktivitas kafein di dalam tubuh. Peranan utama kafein ini di dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Efeknya ini biasanya baru akan terlihat beberapa jam kemudian setelah mengkonsumsi kopi. Kafein tidak hanya dapat ditemukan pada tanaman kopi, tetapi juga terdapat pada daun teh dan biji cokelat. Batas aman konsumsi kafein yang masuk ke dalam tubuh perharinya adalah 100-150 mg.Dengan jumlah ini, tubuh sudah mengalami peningkatan aktivitas yang cukup untuk membuatnya tetap terjaga.

Kandungan Kafein 
Secangkir kopi              : 85 mg
Secangkir teh                 : 35 mg
Minuman berkarbonasi  : 35 mg
Minuman berenergi        : 50 mg

Kalau melihat data diatas maka batas aman konsumsi Kafein dengan meminum kopi sebanyak kurang lebih 2 cangkir kopi dalam satu hari.

Klasifikasi ilmiah Tanaman Kopi
Kerajaan   : Plantae
Ordo         : Gentianales
Famili        : Rubiaceae
Upafamili   : Ixoroideae
Bangsa      : Coffeeae
Genus       : Coffea

Tipe spesies
Coffea arabica
Coffea robusta


Tanaman dan Buah kopi ( muda )


Bagaimana cara budidaya kopi ? pada postingan ini kami ulas secara mendetail dan utuh. Semoga informasi ini bermanfaat .

Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: 
(1) teknik penyediaan sarana produksi, 
(2) proses produksi/ budidaya, 
(3) teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri)
(4) sistem pemasarannya.
Keempat- empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik dan benar.

Dalam era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka bisa dihasilkan mutu produk (biji kopi) yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen. Hal tersebut perlu diperhatikan para pekebun kopi agar usaha taninya dapat berhasil baik, produksi kopinya tinggi dan pendapatan petani juga tinggi. 

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi
Jenis kopi yang biasa ditanam di perkebunan rakyat seperti di Lampung adalah kopi arabika dan robusta. Padahal kedua jenis tanaman kopi tersebut menghendaki persyaratan tumbuh yang berbeda (Tabel 1). Kopi arabika menghendaki ketinggian lahan yang lebih tinggi dari kopi robusta agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Penanaman kopi arabika pada lahan dataran rendah produktivitasnya akan menurun dan lebih rentan terhadap penyakit karat daun, sedangkan penanaman kopi robusta di daerah Lampung cocok ditanam pada ketinggian antara 300- 600 m di atas permukaan laut. Ketinggian ideal tempat budidaya kopi juga berhubungan dengan serangan penyakit mematikan pada tanaman kopi semisal jika kopi arabika di tanam di dataran menengah maka tingkat kerusakan penyakit Hemileia  vastatrix  ( penyebab karat daun ) semakin parah, hal ini akan mempengaruhi jumlah produksi.

Syarat Tumbuh
Jenis Kopi Robusta
Jenis Kopi Arabika
Iklim 
Tinggi tempat 
Suhu udara harian 
Curah hujan rata-rata 
Jumlah bulan kering

300 - 600 m dpl 
24 - 30o C 
1.500-3.000 mm/th
1-3 bulan/tahun

700 -1.400 m dpl 
15 - 24o C 
2.000-4.000 mm/th
1 - 3 bulan/tahun
Tanah 
pH tanah 
Kandungan bahan organik
Kedalaman tanah efektif 
Kemiringan tanah maksimum

5,5 - 6,5 
minimal 2% 
> 100 cm 
40%

5,3 - 6,0 
minimal 2% 
>100 cm 
40%

                       Keterangan : dpl = dari permukaan laut

Iklim yang Cocok untuk Tanaman Kopi 
Persyaratan iklim kopi Arabika : 
• Garis lintang 6-9o  LU sampai 24o  LS. 
• Tinggi tempat 1250 s/d 1.850 m dpl. 
• Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th. 
• Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan
• Suhu udara rata-rata 17-21o  C. 

Persyaratan iklim Kopi Robusta : 
• Garis lintang 20o  LS sampai 20o  LU. 
• Tinggi tempat 300 s/d 1.500 m dpl. 
• Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th. 
• Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan
• Suhu udara rata-rata 21-24o  C.  

Pengaruh angin : 
Pohon  tanaman  kopi  tidak  tahan  terhadap  goncangan  angin  kencang,  lebih-lebih  dimusim  kemarau.  Karena  angin  itu mempertinggi penguapan  air pada permukaan  tanah perkebunan.  Selain  mempertinggi  penguapan,  angin  dapat  juga  mematahkan  dan  merebahkan  pohon  pelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman  di bawahnya. 

Keadaan Tanah
Tanah 

Sehubungan dengan tanah ini yang penting untuk dipelajari terutama sifat fisik tanah dan sifat  kimia tanah. 

a. Sifat fisik tanah untuk pertanaman kopi  
Sifat fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Tanah untuk tanaman  kopi  berbeda-beda,  menurut  keadaan  dari mana  asal  tanaman  itu.  Pada  umumnya  tanaman  kopi  menghendaki  tanah  yang  lapisan  atasnya  dalam,  gembur,  subur,  banyak  mengandung  humus,  dan  permeable, atau  dengan  kata  lain  tekstur  tanah  harus  baik.  Tanah  yang  tekstur/strukturnya  baik  adalah  tanah  yang  berasal  dari abu gubung berapi  atau  yang  cukup  mengandung  pasir.  Tanah  yang  demikian  pergiliran  udara  dan  air  di  dalam  tanah  berjalan  dengan  baik.  Tanah tidak menghendaki  air  tanah  yang  dangkal,  karena  dapat membusukkan  perakaran,  sekurang-kurangnya  kedalaman air  tanah  3  meter  dari  permukaannya.  Akar  tanaman  kopi membutuhkanoksigen  yang  tinggi,  yang berarti  tanah  yang  drainasenya  kurang  baik  dan  tanah  liat  berat  adalah  tidak  cocok.  Sebab kecuali tanah itu  sulit ditembus  akar,  peredaran air dan udara pun menjadi jelek. Demikian  pula  tanah  pasir  berat,  pada  umumnya  kapasitas kelembaban  kurang, karena  kurang  dapat  mengikat  air. Selain  itu  tanah  pasir  berat  juga  mengandung  N atau zat lemas. Zat lemas  sangat dibutuhkan oleh  tanaman  kopi,  terutama dalam pertumbuhan  vegetatif. Hal  ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanah-tanah hutan belantara hasilnya sangat  memuaskan, karena humus banyak mengandung berbagai macam  zat yang  dibutuhkan untuk pertumbuhan  dan  pembuahan. Sebaliknya pada tanah-tanah yang ditanami kembali (tanaman ulang = replanting pertumbuhan dan hasilnya  kurang memuaskan.  Maka  apabila  dipandang  perlu  tanaman  ulang ini  hendaknya  diganti  dengan  tanaman  yang  tidak  sejenis, karena tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanan juga berbeda. 

b. Sifat Kimia Tanah 
Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan tanah dan PH. Di  atas telah dikemukakan, bahwa  tanaman menghendaki tanah yang dalam, gembur dan banyak mengandung  humus. 
Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan Tanah yang subur berarti  banyak  mengandung  zat-zat  makanan  yang  dibutuhkan oleh  tanaman untuk pertumbuhan dan produksi.  Tanaman kopi menghendaki reksi yang agak asam dengan  PH 5,5  - 6,5. Tetapi hasil yang  baik sering  kali  diperoleh  pada tanaman  yang lebih asam,  dengan  catatan  keadaan  fisisnya  baik dengan  daun-daun  cukup  ion  Ca++ untuk  fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup. Pada tanah yang bereaksi  lebih asam, dapat dinetralisasi dengan  kapur tohor, atau yang lebih  tepat  diberikan  dalam bentuk  pupuk;  misalnya  serbuk  tulang/Ca-(PO2) + Calsium metaphospat/Ca(PO2).  


TEKNOLOGI BUDIDAYA KOPI


Bahan Tanam 
Cara perbanyakan kopi robusta dan kopi arabika berbeda, sehingga penggunaan bahan tanam kopi robusta pun berbeda dengan kopi arabika. Kopi robusta diperbanyak secara vegetatif, sehingga bahan tanaman yang digunakan berupa klon. Sedangkan kopi arabika biasanya diperbanyak dengan benih sehingga bahan tanam anjurannya berupa varietas. 
Bahan tanam kopi arabika yang telah dilepas Menteri Pertanian ada lima varitas, yaitu: AB 3, USDA 762, S 795, Kartika 1, dan Kartika 2. Petani di Lampung kebanyakan menanam kopi robusta. Kopi robusta memiliki sifat menyerbuk silang, maka untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitasnya dapat dicapai dengan menggunakan (3-4) klon unggul (poliklonal) yang berkomposisi secara tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu.

Varietas Unggul Kopi Arabika 
Pemuliaan untuk meningkatkan produktivitas kopi arabika ditekankan untuk mendapatkan varietas toleran penyakit karat daun berperawakan katai. Dengan perawakan katai pe-ningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan populasi tanaman per satuan lahan. Hasil seleksi terhadap beberapa nomor introduksi kopi arabika berperawakan katai dari CIFC, Portugal melahirkan BP 453 A dan BP 454 A yang akhirnya pada tahun 1993 dilepas sebagai varietas Kartika 1 dan Kartika 2. Keduanya selain memiliki sifat daya hasil tinggi (2.000-3.000 kg kopi pasar per hektar), toleran serangan penyakit karat daun serta mempunyai mutu biji baik, sehingga dapat dianjurkan ditanam pada lahan ketinggian menengah.
Selain itu untuk mengatasi masalah lahan marginal, pada tahun 1995 telah dilepas varietas S 795. Selain produktivitasnya cukup baik (1.500-2.000 kg kopi pasar per hektar), varietas ini juga toleran penyakit karat daun, sehingga dapat ditanam mulai 700 m dpl Pada saat yang sama juga dilepas varietas Abesinia 3 dan USDA 762. Meskipun daya hasilnya lebih rendah karena kurang tahan penyakit karat daun, tetapi dua varietas tersebut merupakan pilihan bagi pekebun yang memiliki lahan di atas 1.000 m dpl, tanahnya subur dengan tipe iklim basah serta memiliki tenaga kerja terbatas. 
Varietas-varietas kopi arabika anjuran ini telah ditanam di perkebunan besar negara maupun swasta. Perkebunan rakyat yang telah menanam di Propinsi Sumut, Sumbar, Bengkulu, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Timtim, Sulsel, dan Irian Jaya, baik melalui proyek bantuan pemerintah maupun swadaya murni sehingga areal kopi arabika bertambah seluas ? 10.400 ha.

Klon Unggul Kopi Robusta dan Pilihan Komposisi Klon Sesuai Kondisi Iklim 
Untuk mengatasi rendahnya produktivitas serta mutu kopi robusta Indonesia dianjurkan penanaman secara klonal yang harus menggunakan banyak klon (poliklonal). Beberapa klon anjuran kopi robusta yang baru dilepas pada tahun 1997, terdiri dari BP 234, BP288, BP 358, BP 409, SA 237, dengan BP 42 sebagai klon penyerbuk paling baik diatur dengan beberapa komposisi yang sesuai dengan kondisi iklim ter-tentu, sebagai berikut:
- > 400 m dpl; tipe iklim A/B: BP 42, BP 358, BP 234 dan SA 237.
- > 400 m dpl; tipe iklim C/D: BP 42, BP 358, BP 234, dan BP 409
- < 400 m dpl; tipe iklim A/B: BP 42, BP 234 dan BP 409
- < 400 m dpl: tipe iklim C/D: BP 42, BP 234, BP 288 dan BP 409.
Potensi produksi setiap komposisi klon berkisar 1.500-2.000 kg kopi pasar per hektar. Paket teknologi anjuran ini telah diterapkan secara meluas di perkebunan besar negara maupun swasta, perkebunan rakyat di Jatim, khususnya yang terdapat di sekitar perkebunan besar, sedangkan di luar Jawa diterapkan di provinsi D.I Aceh, Bali, NTB, Kalbar, dan Sultra, baik melalui proyek bantuan pemerintah maupun swadaya murni. Paket teknologi ini sebenarnya telah diterapkan secara meluas terjadi mulai tahun 1980-an. Dampak penerapan teknik budidaya kopi robusta secara poliklonal ini terhadap peningkatan produktivitas kebun-kebun kopi robusta di Pulau Jawa yaitu meningkat hampir dua kali lipat. Selain itu dengan penerapan poliklonal tersebut masalah rendahnya produktivitas kopi robusta per satuan lahan sebagai akibat peng-gunaan bahan tanaman secara semai-an, serta rendahnya mutu fisik biji kopi robusta karena ukuran biji tidak seragam secara perlahan dapat di-kurangi, sedangkan alokasi klon ter-tentu untuk daerah tertentu telah dapat diarahkan.

Beberapa klon kopi robusta berdasarkan sifat masa berbunga dan ukuran biji.

Klon kopi robusta
Ukuran biji
Masa berbunga
>400 m dpl
<400 m dpl
BP 534 
BP 936 
SA 237 
BP 358 
BP 42 
BP 409
Cukup besar/besar 
Cukup besar/besar 
Cukup besar 
Cukup besar/besar 
Besar 
Cukup besar/besar
Agak lambat 
Agak awal 
Lambat 
Agak lambat 
Agak lambat 
Agak lambat
Agak lambat 
Agak awal 
Lambat 
Agak lambat 
Agak lambat 
Agak lambat

                     Sumber: Hulupi dan Mawardi (1999) 

         *****  Varietas unggul Kopi dan keunggulannya. ( silahkan baca disini ) ******


Bercocok Tanam Tanaman Kopi 
Dalam  rangka  bercocok  tanam  kopi,  selain memperhatikan  keadaan  iklim,  jenis dan varietas yang akan ditanam, juga harus diperhatikan pekerjaan - pekerjaan  yang  akan  dilaksanakan,  seperti : 
Pembibitan dan Persemaian Tanaman Kopi 
Bibit yang akan ditanam dapat berasal dari :  
- biji (zaaling), pembiakan secara genertaif. 
- Sambungan atau stek, pembiakan secara vegetatif. 

Pembiakan Bibit Tanaman Kopi dari Biji 
Cara memperoleh biji kopi 
1. Dari kebun sendiri, biji diambil dari pohon yang  telah diketahui mutunya.  Pohon  induk  yang produksinya  cukup  tinggi,  tahan  terhadap nematoda, bubuk buah maupun bubuk  batang, atau dengan kata  lain  yang  tahan  terhadap  hama  dan  penyakit.  
2. Balai penelitian perkebunan, bersumber dari  kebun percobaan  yang  menghasilkan biji  telah  teruji  keunggulannya.  

Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan kriteria sebagai berikut :
1 Sumber benih : Harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk.
2 Umur bibit : 8 -12 bulan
3 Tinggi : 20 -40 cm
4 Jumlah minimal daun tua : 5 – 7
5 Jumlah cabang primer : 1
6 Diameter batang : 5 – 6 cm

Kebutuhan bibit/ha
• Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m
• Populasi : 6.400 tanaman 
Untuk sulaman : 25 %

Cara memilih dan memelihara biji kopi untuk bibit: 
Buah  yang  dipungut  adalah  yang  masak,  kemudian dipilih yang baik,  tidak  cacat  dan  yang  besarnya normal.  Jika  biji ini tidak  memenuhi  syarat harus disingkirkan. Semua buah/biji kopi yang memenuhi syarat  kemudian dikerjakan  sebagai  berikut: 
• Biji dikelupas kulitnya, dinjak-injak dengan kain, tetapi  kulit  tanduk  tidak  sampai  lepas. 
• Lendir  yang  melekat  dibersihkan,  dengan  jalan  dicuci  atau digosok  permukaannya  dengan abu dapur. 
• Setelah  bersih  biji  dikering  anginkan  satu  atau  dua  hari,  tidak  langsung  terkena sinar matahari, melainkan  kering  angin. 
• Biji-biji yang sudah kering, selanjutnya diadakan  pemilihan  yang  kedua kalinya. Jika  biji kopi  itu  hampa  dan  bentuknya  jelek,  harus  disortasi,   tidak  perlu  disemai.  

Cara menyimpan biji kopi: 
biji-biji kopi yang telah dipilih dalam keadaan kering  dapat  terus  disemaikan.  Untuk  menungggu  musim  persemaian  yang  tepat,  biji  dapat  disimpan  untuk  sementara  waktu.  Dan  untuk  menghindari terjadinya  serangan  hama  bubuk  atau  untuk  memetikan  bubuk  yang  mungkin  ada,  maka biji-biji kopi tersebut bisa dimasukkan  dalam  peti dengan  jalan: 
• Pada dasar peti diberi lapisan kain yang diberi minyak  terpentin  dengan  dosis  1 cc / 100  cm2. Dan  di  atas kain  pada  lapisan  biji  setebal  5 cm,  diberi  kain  lagi  yang  diberi  minyak  terpenting  pula,  demikian  seterusnya  sehingga  peti  itu  penuh. 
• Bila peti  itu sudah penuh, kemudian  ditutup  rapat - rapat  dan  dibiarkan  selama  3 hari  3  malam  agar  semua  hama  mati  karenanya. 
• Kalau  penyimpanan  itu  berlangsung  agak lama,  maka biji tersebut perlu dicampur dengan  bubuk  arang  yang  dibasahi  dengan  air,  dengan  perbandingan  1 kg  bubuk  arang : 150  cc  air. 
• Perbandingan  antara  biji  dan  bubuk  arang  yakni  3:1.  Atau 3  kg  biji  dicampur 1  kg  bubuk arang  yang  telah  dibasahi  tadi. 

Lamanya penyimpanan biji kopi: 
Penyimpanan  biji  tidak  boleh  terlalu  lama,  sebab jika terlalu lama daya tumbuhnya akan menurun atau akan habis sama sekali. Biji-biji kopi yang baru akan  tumbuh 90 - 100%, sedang yang disimpan sekitar 6 bulan daya tumbuhnya  60 -  70%.  Sebaiknya  penyimpanannya jangan sampai lebih  dari  3  bulan,  dan  yang paling baik ialah  bila  penyimpanan itu dilakukan sekitar dua bulan. Penyimpanan dimasukkan kedalam ruangan yang gelap dan sejuk. Penaburan biji kopi: bibit kopi dapat ditanam setelah umur 8-9 bulan. Maka  penaburan  biji  kopi  dipersemaian  harus memperhatikan  rencana  penanaman. 
• Kalau bibit kopi ditanam sebagai zaailing, maka baiklah bila biji  itu ditaburkan pada  bulan  Januari  - Februari.  Dengan  demikian  kelak  musim  tanam  tiba  bibit  sudah  berumur 10 - 11  bulan. 
• Kalau  bibit  akan  ditanam  sebagai  sambungan,  baiklah kalau  biji  itu  ditaburkan  pada bulan Agustus. Selanjutnya  bibit dapat disambung pada umur satu  tahun. Dan pada waktu itu masih banyak biji yang segar. Bila kelak bibit akan ditanam pada bulan  November/ Desember bibit sambungan tersebut sudah berumur 4 bulan.  
• Banyaknya  biji  yang  akan  ditaburkan tentu  saja  harus  disesuaikan  dengan  luas  rencana  penanaman.  Biji  yang ditaburkan  perlu  diperhitungkan  2  kali  lipat  dari  bibit  yang  akan  ditanam,  hal  ini  bila  ditanam sebagai  zaailing.  Tetapi  bila  bibit  itu  akan  disambung,  maka  jumlah  biji  yang  akan ditaburkan  adalah  dua  setengah  kali  dari  rencana  penanaman.  Hal ini  mengingat  bahwa  daya  tumbuh  sambungan  belum  tentu  bisa  mencapai  100%.

Persemaian biji kopi : 
Persyaratan tempat persemaian biji kopi, sebagai berikut: 

1. Tanah  sedapat  mungkin  dipilih  yang  agak  datar,  subur,  dan  banyak  mengandung  bunga  tanah. 
2. Dekat perumahan dan sumber air, agar  memudahkan pengamatan dan  pemeliharaan  pada  musim kemarau,       terutama  dalam  melakukan  penyiraman. 
3. Ada pohon pelindung,  agar dapat  menahan terik  matahari  dan  percikan  air  hujan  yang lebat,  sehingga  tidak       merusakkan  bibit. 
4. Terhindar dari  bibit  penyakit  dan hama, tempat- tempat  yang  akan dipergunakan sebagai persemaian  sebaiknya      diselidiki terlebih dahulu terhadap kemungkinan adanya infeksi  penyakit  dan  hama.  Sehingga  apabila  ada  bibit       penyakit  atau  hama  harus  diadakan  pencegahan  dan  pemberantasan. 
5. Semprotkan  larutan  MiG-6PLUS (  10ml MiG-6PLUS : 1  liter  air)  tipis pada permukaan  lahan  persemaian.     Untuk  lahan persemaian dengan luas 10m2. Tingkat  penyemaian biji  kopi  ada  dua  tingkat,  yaitu:  tingkat     perkecambahan,  dan  dederan  bibit  pemindahan  dari  perkecambahan). 

a. Perkecambahan biji kopi 
Semua biji  dibenamkan  pada  lapisan  pasir  menghadap  ke  bawah,  artinya  bagian  punggung di atas, dan  bagian  perut  menghadap   ke bawah.  Pembenaman  dilakukan  sedemikian  rupa  sehingga  bagian  teratas  kelihatan  rata  dengan lapisan  pasir. Biji  dibenamkan   secara  berderet dalam satu baris,  jarak antara baris larikan yang satu dengan lainnya 5  cm. Sedangkan jarak antara biji dengan biji  2,5  cm. Setiap  1  m  bisa  memuat  2.000  - 3.000  biji  kopi,  hal  ini  sangat  tergantung  pada  besar  kecilnya  biji  dan  jenisnya. Biji  yang  ditaburkan  bisa  dengan  kulit  biji  tanduk  atau  tanpa  kulit  tanduk. Tetapi lebih baik biji kopi tersebut dilepas  kulit  tanduknya,  sehingga  mereka  akan  lebih  cepat  tumbuh dan  tidak  menjadi  sarang  penyakit.  
Setelah   selesai   pembenaman,   biji-biji   kopi  tersebut   diberi  pasir  lagi,  tipis-tipis saja. Tempat perkecambahan ini harus dijaga supaya tetap lembab. Untuk  menjaga kelembaban biji-biji tersebut, di atas bedengan yang tertutup pasir  tadi  diusahakan ditutup dengan lalang atau jerami  yang  dipotong-potong  antara  0,5 - 1 cm,  kemudian diadakan  penyiraman  dua  atau  tiga  kali  sehari.  Setelah  berumur  4 -  8  minggu,  biji  kopi  tersebut  akan  berkecambah,  kemudian  dapat dipindahkan ke persemaian atau tempat dederan. Semai dalam tingkat  ini  sudah  berumur  2 -  3  bulan,  selanjutnya  dapat  dipindahkan  ke 
persemaiaan. 

b. Dederan bibit kopi 
Kecambah kopi  yang  dipindahkan  dapat berupa serdadu  (soldatje)  atau  kepel  (kecambah yang  kepingnya  sudah membuka). Kecambah  kopi  yang  dipindahkan  kepersemaian  harus  dilakukan  dengan  sangat  hati-hati,  supaya  akar  tidak  rusak.  Pemindahan  ini  tidak  boleh  dicabut,  melainkan  harus  disongkel  dengan  sebilah  bambu  atau  solet.  Sebelum  bibit  dipindahkan  kepersemaian  harus  diseleksi  bentuk  perakarannya  terlebih  dahulu,  karena  akar  yang  pertumbuhannya  bengkok  kurang baik,  tanaman menjadi kerdil.  Penanaman   harus  dilakukan  dengan hati-hati  sekali,  dengan maksud  supaya  akar  dan  batang  kepelan  tidak  rusak.  Untuk  keperluan  tersebut  tempat-tempat  yang  akan  ditanami  harus  dibuat  lubang  terlebih  dahulu  dengan  suatu  alat  tertentu,  misalnya  bilah  bambu  atau tusuk.  Kemudian  barulah  bagian akar  dan  batang  ditempelkan  pada  salah  satu  sisi  lubang  dengan  tangan kiri, dan  tangan  kanan  melakukan pemadatan  tanah  dengan  hati-hati  sekali.  Jarak  antara  daun  kepelan  dengan  tanah  lebih  kurang  3  cm.

 Bibit Tanaman Kopi Asal Kultur Jaringan
Bahan  yang  digunakan  adalah  potongan  daun  kopi  muda  yang  masih  berwarna  hijau  kemerahan atau hijau segar.  Daun  tersebut  dipotong  kecil-kecil  berukuran  kurang  lebih  5 mm  berbentuk  segi  empat  atau  kotak.  Potongan  daun  tadi  ditanam  di dalam  cawan  kecil  yang  berisi  campuran  bahan- bahan  khusus  yang  telah  dibuat  dan  diperhitungkan  untuk  memenuhi  kebutuhan  makanan  bagi  potongan  daun  kopi  tersebut.  Campuran  bahan- bahan  ini  dinamakan  "media."  Untuk  membuat  potongan  daun  mampu  tumbuh  dan  berkembang,  tentunya  perlu  beberapa  perlakuan  khusus  agar  dapat  berhasil  membentuk  bibit  yang  sempurna.  Perlakuan  ini  dilakukan  di  laboratorium,  rumah kaca,  dan  tempat persemaian  di  kebun.  Perlakuan  yang  diberikan  di  laboratorium  meliputi  jenis  media,  macam  dan  kadar  zat  pengatur  tumbuh,  kondisi  penanaman  yang  paling  sesuai,  dan  sebagainya.  
Sebelum  menjadi  tanaman, potongan daun tersebut akan membentuk gumpalan -gumpalan yang berwarna  putih-ekuningan dan  krem,  berbentuk  bulat atau  lonjong  yang  disebut  sebagai  " kalus ". Selanjutnya  kalus  ini  akan tumbuh  dan  berkembang  menjadi  calon  atau  bakal  bibit  yang  disebut  " embrio ".  Dalam  beberapa  percobaan,  ada  juga  dari  potongan  daun  langsung  membentuk  embrio. Embrio inilah yang akan tumbuh dan berkembang menjadi bibit  yang  kecil. Selanjutnya, bibit  dipindah ke  dalam  botol  yang sesuai dengan  ukuran  bibit  agar  tumbuh  dan  berkembang  lebih  jauh  menjadi  tanaman  yang  lebih besar. 

Perbanyakan Kopi Secara In Vitro 
Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kopi adalah dukungan bahan tanam berupa klon-klon unggul baik kopi robusta mau-pun arabika. Di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao telah tersedia bahan tanam unggul kopi robusta antara lain BP 42, BP 308, dan BP 409, sedangkan dari kopi arabika antara lain USDA 762, Kartika 1, Kartika 2, dan S 795. Dalam rangka penyebaran bahan tanam ini secara luas dan cepat maka diperlukan teknologi yang sesuai untuk mem-percepat perkembangbiakan klon-klon tersebut. Kultur jaringan merupakan alternatif yang sesuai diterapkan untuk memproduksi bahan tanam kopi dalam jumlah besar dan dalam waktu relatif singkat. 
Embriogenesis somatik langsung telah berhasil diterapkan untuk per-banyakkan klon unggul kopi robusta BP 308 dan kopi arabika USDA 762. Keunggulan teknik embriogenesis langsung adalah bibit yang dihasilkan secara genetis sama dengan induknya. Disamping itu dalam waktu yang relatif singkat dapat diperoleh bahan tanam dalam jumlah besar karena dari satu potongan eksplan dapat dihasilkan ribuan bibit dalam waktu satu tahun.

Teknik Konversi Kopi Robusta ke Arabika dengan Teknik Penyambungan di Lapangan
Penelitian konversi kopi robusta ke arabika dengan teknik penyambung-an di lapangan telah dilaksanakan dengan pertimbangan beberapa masalah antara lain, harga kopi arabika yang lebih mahal dibandingkan dengan harga kopi robusta, khususnya di pasar-an dunia. Komposisi produksi kopi se-cara nasional didominasi oleh kopi robusta, kopi arabika hanya mencapai 6 persen. Banyak kopi robusta ditanam di lahan tinggi, yang sebenarnya lebih cocok untuk penanaman kopi arabika. 
Karena tingkat pengetahuan dan sosial kultural petani rakyat, umumnya setiap upaya konversi tanaman yang berakibat terputusnya pendapatan dari tanaman semula dan berjangka panjang sangat memberatkan per-ekonomian petani, selain itu biaya yang diperlukan cukup besar untuk tingkat kehidupan petani rakyat. Untuk mengatasi masalah tersebut telah di-kembangkan teknik konversi kopi robusta ke arabika dengan cara pe-nyambungan di lapangan dengan metode "swing". Dengan metode ter-sebut petani masih dapat memperoleh hasil kopi sebesar ? 50 persen dari sisa tajuk yang tidak di "swing". Tanaman kopi arabika hasil konversi dengan penyambungan dapat berproduksi lebih awal bila dibanding-kan dengan melalui biji. Produksi kopi arabika diharapkan dapat mencapai 30 persen dari produksi kopi nasional. Dengan asumsi produksi kopi nasional saat ini 450.000 ton per tahun, dan diharapkan produksi kopi arabika ter-jadi peningkatan 30 persen serta selisih harga nominal antara kopi arabika dan kopi robusta US$ 1 (minimal), maka dampak kepada peningkatan devisa akan mencapai US$ 67.500 juta atau sekitar Rp 141.750 milyar. Pendapatan petani juga akan lebih tinggi dengan menanam kopi arabika dibanding kopi robusta.
Teknik konversi ini telah di-terapkan di perkebunan besar negara maupun swasta. Perkebunan rakyat yang telah menerapkan antara lain di Propinsi Aceh, Lampung, NTT, dan Bali.

Persiapan tanam dan penanaman Pertanaman kopi memerlukan pohon pelindung. Makanya, sebelum menanam kopi terlebih dahulu menanam pohon pelindung. Di Lampung pohon pelindung yang banyak dipakai petani adalah glirisidea (gamal/kayu hujan). Tahapan persiapan tanam dan penanaman kopi sbb: - Tanamlah pohon pelindung. Sebaiknya menggunakan jenis lamtoro yang ditanam satu tahun sebelum kopi ditanam. Penanaman pohon pelindung diletakkan pada satu titik diantara empat pohon kopi. 

- Setelah pohon pelindung tumbuh, sekitar 1-3 bulan menjelang musim hujan, buatlah lubang tanam untuk kopi dengan    ukuran (panjang x lebar x dalam) 60x60x60 cm. Lubang tanam diisi pupuk kandang (kotoran sapi) sebanyak 10    kg/lubang, kemudian ditutup dengan tanah bekas galian. 
- Lubang tanam digali lagi seluas satu cangkul (sedalam 20 cm) pada saat penanaman. Penanaman kopi secara poliklonal    dengan membentuk komposisi (3-4 klon) yang sesuai. Masing-masing klon ditanam secara berbaris diantara pohon    pelindung.

Pengaturan penanaman poliklonal diatur secara sistematis, setiap klon ditanam dalam lajur tertentu berseling dengan klon pasangan komposisi yang dipilih, antara lain berdasarkan pada :
(1) sifat daya adaptabilitas daya hasil yaitu yang mampu beradaptasi dengan baik seperti: klon BP 42, BP 358, dan SA       237 dan toleran terhadap iklim basah seperti; klon BP 534 dan BP 936, 
(2) sifat berbunga yang relatif serempak agar proses persarian (pembuahan) dapat berlangsung dengan baik, dan (3)       keseragaman ukuran biji yang dihasilkan lebih seragam (Tabel 2), ukuran biji yang tidak seragam dapat menyulitkan      dalam kegiatan pemasaran..

Penanaman
a. Jarak Tanam
Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :
      Segi empat : 2,5 x 2,5 m
      Pagar : 1,5 x 1,5 m
      Pagar ganda : 1,5 x 1,5 x 3 cm

b. Lobang Tanam
     Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.
     Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.
     Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.
      Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.
     2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20             kg/lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang.
      Tanah urugan jangan dipadatkan.

c. Penanaman
      Penanaman dilakukan pada musim hujan
      Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.

Penyambungan 
Pembentukan kebun kopi robusta secara poliklonal dapat juga dilakukan pada kebun kopi yang sudah ada (tidak menanam baru) . Batang bawah kopi disambung dengan batang atas (entres) dari klon-klon kopi robusta anjuran yang 
dipilih. Hasil sambungan dikatakan berhasil baik jika setelah 2 minggu penyambungan bahan masih tetap segar.

Pemeliharaan Tanaman di Lapang 
Penyulaman 
Penyulaman dilakukan untuk tanaman yang mati setelah 2-3 minggu tanam di lapang. Kemudian didangir di sekitar tanaman dengan jarak 30cm sekeliling batang untuk pembersihan gulma (sekali setahun pada awal musim hujan). 

Pemupukan 
Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran Urea, TSP, dan KCl) masing-masing ½ dari dosis 100 gr Urea, 50 gr TSP, dan 50 gr KCl, pada saat tanaman berumur 2 tahun. Setelah tanaman berumur 3-4 tahun, tinggi tanaman mencapai 150 cm dilakukan pemangkasan 30 cm dari pucuk, bila tanah kurang subur diperpanjang pemangkasannya menjadi 40-50 cm dari pucuk.

a. Dosis pemupukan kopi per pohon adalah :
• Umur 1 tahun : 50 gr Urea, 40 gr TSP, dan 40 gr KCL.
• Umur 2 tahun : 100 gr Urea, 80 gr TSP, dan 80 gr KCL.
• Umur 3 tahun : 150 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
• Umur 4 tahun : 200 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
• Umur 5-10 tahun : 300 gr Urea, 150 gr TSP, dan 240 gr KCL.
• Umur 10 thn keatas : 500 gr Urea, 200 gr TSP, dan 320 gr KCL.

b. Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis.
c. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon     (± 1 m)

Pemangkasan Kopi
• Pangkasan Bentuk
    Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m
    Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas
    Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan
• Pangkasan Produksi
    Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.
    Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak menghasilkan buah.
    Pembuanagn cabang-cabang yang terserang hama penyakit.
    Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal musim hujan.
• Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)
   Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun
   Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggio 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan     aspal.
   Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk
   Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.
   Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi.

Pengendalian Alang-alang (Imperata cylindrica)   
Menurut  Balit  Karet  Sembawa  (1996),  pengendalian alang-alang  dapat  dilakukan  secara perebahan,  mekanisme,  kultur  teknis,  kimiawi  dan  terpadu.  
1) Perebahan :
a. Daun dan batang alang-alang yang telah direbahkan akan kering  dan mati  tanpa  merangsang  pertumbuhan  tunas  dan  rimpang  serta  dapat  berfungsi  sebagai  mulsa. 
b. Perebahan dapat menggunakan papan, potongan kayu atau drum.  
c. Setelah alang-alang  terkendali,  lahan  siap untuk usaha  tani kopi dengan  tahap-tahap  seperti  yang  telah  diuraikan  di  atas.   

2) Cara Mekanis
a. Dilakukan dengan pengolahan tanah.  
b. Penebasan  dapat  mengurangi  persaingan  alang-alang  dengan  tanaman  pokok  tetapi  hanya  bersifat  sementara      dan harus sering  diulangi  minimum sebulan  sekali. 
c. Setelah alang-alang terkendali, lahan siap untuk usaha tani kopi dengan tahapan  seperti  yang  telah  diuraikan  di atas.

3) Cara Kultur Teknis
a. Penggunaan  tanaman  penutup  tanah  leguminosa  (PTL).  Jenis-jenis  PTL  yang  sesuai  meliputi  Centrosema      pubescens,  Pueraria  javanica,  P.  triloba,  C.  mucunoides, Mucuna spp. dan Stylosanthes guyanensis. 
b. Semprot  alang- alang  dengan herbisida dengan  model  lorong,  lebar  lorong 2 m,  jarak antar lorong 4 m. 
c. Apabila  alang-alang  sudah  kering,  buat  dua  jalur  tanam  sedalam  5  cm,  jarak  antar alur 70 cm. 
d. Gunakan  PTL  sesuai  rekomendasj  untuk  daerah  setempat,  kebutuhan  benih  2  kg/ha. 
e. Benih dicampur pupuk SP-36 sebanyak 24 kg/ha kemudian  ditaburkan di dalam  alur. 
f. Tutup alur dengan tanah  setebal 1 cm. 
g. Alang-alang akan mati  setelah  tertutup  oleh  tajuk PTL. 
h. Metode ini lebih tepat untuk areal yang sudah ada  tanaman pokoknya.  

Kopi Organik 
Pasar kopi baru yaitu specialty coffee merupakan peluang yang harus diraih, dalam kopi organik termasuk di dalamnya. Kopi organik merupakan kopi yang diproduksi dengan menganut pada paham pertanian yang ber-kelanjutan. Dalam budidaya organik aspek-aspek pelestarian sumberdaya alam, keamanan lingkungan dari se-nyawa senyawa pencemar, keamanan hasil panen bagi kesehatan manusia serta nilai gizinya sangat diperhati-kan. Di samping itu dalam budidaya kopi organik aspek sosial ekonomi juga menjadi perhatian utama. Jadi, tidak seperti anggapan masyarakat selama ini bahwa kopi organik adalah budidaya kopi tanpa pestisida, pupuk buatan dan tanpa pemeliharaan sama sekali. Justru, pada budidaya kopi organik jauh lebih banyak aspek yang harus diperhatikan.
Kopi organik hanya dapat diproduksi pada kondisi sumberdaya lahan yang tingkat kesuburan tanahnya tinggi, curah hujannya cukup serta daya dukung lingkungannya tinggi.
Pengelolaan tanah mempunyai arti yang sangat penting yang meliputi penyediaan bahan organik yang cukup di dalam tanah dan memanfaatkan mikrobia seperti jamur mikoriza ber VA. Mengingat daerah pertanaman kopi arabika umumnya di daerah dataran tinggi dengan topografi berbukit hingga bergunung, maka pengendalian erosi dengan terasering mutlak dilakukan. 
Pengendalian organisme pengganggu tanaman kopi dilakukan dengan mempergunakan sistem pengedalian terpadu dengan mengutamakan pe-ngendalian secara hayati. Jamur Beauveria bassiana dapat dipergunakan untuk mengendalikan hama bubuk buah kopi, Trichoderma sp. untuk pengendalian jamur akar kopi. Selain itu ekstrak daun mimba (Azadirachta indica) dapat dimanfaatkan sebagai pestisida botani. 
Penanganan pasca panen kopi organik memerlukan kecermatan agar sesuai dengan ketentuan standar mutu biji kopi. Dalam menghasilkan kopi organik yang lebih penting untuk di-perhatikan adalah adanya saling me-nguntungkan antara produsen/petani, pengolah (prosesor) dan pedagang (eksportir). 
Propinsi yang telah meng-ekspor kopi organik adalah D.I. Aceh dan Timor Timur. Premium yang diperoleh oleh kopi organik berkisar antara 20-70,5 persen.

Pengendalian Secara Terpadu (Pengolahan Tanah Minimum dan Penggunaan Herbisida)   
• Semprot alang-alang yang sedang tumbuh aktif dengan herbisida sistemik. 
• Rebahkan alang-alang yang sudah mati dan kering.  
• Tanam tanaman semusim  dengan  cara  tugal  sebagai  pre- cropping. 
• Bersamaan dengan itu lahan siap ditanami tanaman penaung dan tanaman kopi dengan  tahap-tahap  seperti  telah      diuraikan.  

Penanaman Penaung Tanaman Kopi 
Ditanami  minimal  satu  tahun sebelum  penanaman  tanaman kopi. 
Syarat - syarat  Pohon  Penaung 
• Memiliki  perakaran  yang  dalam. 
• Memiliki  percabangan  yang  mudah  diatur. 
• Ukuran  daun  relatif  kecil  tidak  mudah  rontok  dan  memberikan  cahaya  diffus. 
• Termasuk  leguminosa  dan  berumur  panjang  dan berumur  panjang. 
• Menghasilkan  banyak  bahan organik. 
• Tidak  menjadi  inang  hama- penyakit  kopi.  

• Penanaman pohon pelindung
a. Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga      kekuatan tanaman cepat habis.
b. Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.
c. Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.

• Pengaturan pohon pelindung
a. Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi
b. Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
c. Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 
     atau 1 : 4.

Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kopi 
Hama 
• Nematoda Parasit 
Pratylenchus  coffeae  dan  Radopholus  similis merupakan  nematoda  endoparasit  yang  berpindah-pindah. Daur hidup P.coffeae sekitar 45 hari dan R.similis sekitar 1 bulan.  
Gejala:  Tanaman  kopi  yang  terserang  kelihatan  kerdil,  daun  menguning  dan  gugur.  Pertumbuhan  cabang-cabang  primer  terhambat  sehingga  hanya menghasilkan  sedikit  bunga,  bunga  premature  dan  banyak  yang  kosong.  Bagian  akar  akar  serabut  membusuk,  berwarna coklat atau hitam. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati.  
Pengendalian  di  pembibitan:  Disarankan  menggunakan  cara  kimiawi  yaitu  dengan fumigasi  media  bibit  menggunakan  fumigan pra  tanam, misalnya  Basamid  G  dan  Vapam  L.  Untuk  nematisida  sistemik  dan  kontak  a.l.:  Curaterr  3G,  Vydate  100  AS,  Rhocap  10G  dan  Rugby  10G. Vydate  diaplikasikan  dengan  cara  disiramkan  pada  bibit  dengan   konsentrasi  1,0%  dan  dengan  dosis  250  ml/bibit.  
Pengendalian  di  pertanaman:  Penggunaan  jenis  kopi  tahan  nematoda  parasit.  
Digunakan  sebagai  batang  bawah  misalnya  kopi  ekselsa  (Coffeae  exelsa),  klon  Bgn  121.09  dan  kopi  robusta  klon  BP  961. Cara  kultur  teknis:  pembukaan  lubang  tanam,  rotasi tanaman dan pembuatan parit barier.  Pengendalian  hayati :  Untuk menekan  populasi  nematoda menggunakan musuh  alami  berupa  bakteri,  jamur  dan  nematoda  predator. 
Pengendalian  kimiawi:  Beberapa nematisida  sistemik maupun  kontak  yang disarankan  a.l. karbofuran  (Curaterr  3G–35 g   /  tanaman),  oksamil  (Vydate  100 AS 1,0%  1 – 2.5  l  / tanaman)  dan  etoprofos (Rhocap 10G  -  25  g /  tanaman). Aplikasi  diulang  tiap  tiga bulan. 


Penetapan Penanda Resistensi Kopi Arabika terhadap Nematoda 
Penelitian untuk meningkatkan resitensi tanaman kopi arabika ter-hadap nematoda dilakukan dengan beberapa kegiatan, yaitu (a) menetapkan klon kopi robusta yang resisten terhadap nematoda berdasarkan analisis histopatologis dan analisis protein akar SDS-PAGE, (b) hibridisasi somatik (fusi protoplas) antar kopi robusta yang re-sisten dengan kopi arabika yang rentan terhadap nematoda, dan (c) menetapkan DNA penanda resistensi terhadap ne-matoda. Dari hasil inokulasi nematoda dengan kepadatan populasi 0 - 10.000 ekor nematoda pada tanaman kopi robusta yang tergolong rentan (BP358 & BP 534), moderat (BP 42 & BP 409), dan toleran (BP 6 & BP 959) yang di-tetapkan berdasarkan hasil pengujian pendahuluan, menunjukkan bahwa klon yang rentan mengalami tingkat ke-rusakan akar yang jauh lebih tinggi di-bandingkan dengan klon yang tergolong tingkat resistensinya moderat dan toleran. Hal tersebut diperkuat dengan hasil analisis elektroforesis akar yang menunjukkan bahwa pada klon yang rentan terdapat pola pita protein yang berbeda dengan klon yang moderat dan toleran. Klon yang rentan tidak memiliki protein dengan berat molekul sekitar 29 kDa.
Penetapan DNA penanda dengan RAPR menggunakan 20 promer acak mampu menghasilkan potongan DNA dengan berat molekul 250-3500 bp, sedang primer yang dapat digunakan sebagai pembeda antar klon yang rentan dan toleran adalah abi-11712 dengan susunan basa sebagai berikut: GAA ATT AAA CTT TAT TAG CGA AG.

• Hama Penggerek Buah Kopi 
Serangga  dewasa  penggerek  buah  kopi  atau  bubuk  buah  kopi  (BBK),  Hypothenemus  hampei (Coleoptera ,  Scolytidae )  berwarna  hitam  kecoklatan,  panjang  yang  betina  sekitar  2 mm dan  yang  jantan  1,3 mm.  Telur  diletakkan dalam buah kopi yang bijinya  mulai mengeras,  umur stadium telur  5 –  9  hari.  Lama stadium  larva  10 – 26 hari,  prapupa  2  hari  dan  stadium  pupa 4 – 9 hari.  Masa  perkembangan  dari  telur  sampai  dewasa  25 – 35  hari.  Lama  hidup  serangga  betina  rata-rata  156 hari  dan  serangga  jantan  maksimum  103  hari.  
Gejala :  Serangga BBK  masuk ke  dalam  buah kopi  dengan cara  membuat lubang  di sekitar diskus Serangan  pada  buah  muda  menyebabkan  gugur buah,  serangan  pada  buah  yang  cukup  tua  menyebabkan  biji  kopi  cacat  berlubang - lubang  dan  bermutu  rendah.  
Pengendalian:    
Pengendalian  secara  kultur  teknis:  Memutus  daur  hidup  BBK,  meliputi  tindakan  :  Petik  bubuk,  yaitu  mengawali  panen  dengan  memetik  semua  buak  masak  yang   terserang  bubuk  15 –30  hari  menjelang  panen  besar.  Lelesan,  yaitu  pemungutan  buah  kopi  yang  jatuh  di  tanah  baik  terhadap  buah  terserang   maupun  buah  tidak  terserang,  selanjutnya  buah  juga  direndam  dalam  air  panas.  Racutan   /  rampasan,  yaitu  memetik  seluruh  buah  yang  ada  di  pohon  pada  akhir  panen. Semua buah hasil petik bubuk, lelesan  dan  racutan direndam air panas 5 menit. Pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai bagi  perkembangan  BBK. 
Pengendalian secara biologi:  Menggunakan  parasitoid  Cephalonomia  stephanoderis  dan   jamur  patogen  (Beauveria bassiana).  Aplikasi  B.bassiana  dianjurkan  dengan  dosis  2,5 kg  biakan  padat  per  hektar  selama  tiga  kali  aplikasi  per  musim  panen.  Penggunaan  tanaman  yang  masak  serentak  :    Varietas  USDA  230731  dan  USDA  230762.

Penyakit Tanaman Kopi 
• Penyakit Karat Daun pada Tanaman Kopi 
Penyakit  karat  daun  yang  disebabkan  oleh  patogen  Hemileia  vastatrix  B.  et.  Br. merupakan  penyakit  utama  pada  tanaman  kopi arabika.  Tanaman  sakit  ditandai  oleh  adanya  bercak-bercak  berwarna  kuning  muda  pada  sisi  bawah daunnya, kemudian berubah menjadi kuning tua. Di bagian ini terbentuk tepung  berwarna  jingga  cerah  (oranye)  dan  tepung  dan  ini  adalah  uredospora  jamur  H. vastatrix  Bercak  yang  sudah  tua  berwarna  coklat  tua  sampai  hitam,  dan  kering.  Daun- daun yang terserang  parah  kemudian  gugur  dan  tanaman  menjadi  gundul.  Tanaman  yang  demikian  menjadi  kehabisan  cadangan  pati  dalam  akar- akar  dan  rantingrantingnya,  akhirnya  tanaman mati.  
Dalam  pembiakan  dan  penyebarannya,  H  vastatrix  menggunakan  uredospora  yang  mula-mula  berbentuk  bulat,  kemudian  berubah  menjadi  memanjang  dan  bentuknya  mirip  dengan  juring  buah  jeruk.  Uredospora  yang  telah  masak  berwarna  jingga,  pada  sisi  luarnya  dibagian  yang  cembung  mempunyai  duri-duri.  Penyebaran  oredospora  dari  pohon  ke  pohon  terjadi  karena  benturan  bantuan  percikan  air  menyebabkan  uredospora  sampai  pada  sisi  bawah  daun. Infeksi jamur  terjadi  lewat  mulut-mulut  daun  yang  terdapat  pada  sisi bawah daun.  Dalam  proses  infeksinya uredospora  mula-mula  membentuk  buluh  kecambah,  kemudian  membentuk  apresorium di depan mulut  kulit,  selanjutnya  jamur  mengadakan  penetrasi  kedalam  jaringan jamur.  Disamping bantuan  air,  beberapa  agensia  lain  yang  berpotensi  membantu  menyebarkan  uredosspora  adalah angin,  spesies  trips  tertentu,  burung  dan  manusia.  Pada  kopi  robusta,  penyakit  ini  tidak menjadi masalah,  sedangkan  pada  kopi  arabika  penyakit  ini  menjadi  masalah  utama.  Cara  pengendalian  penyakit  sementara  ini  dilakukan  dengan  dua  cara,  yaitu  menanam  jenis-jenis kopi  arabika  yang  tahan  seperti S 333 , S 288  dan  S 795,  dan  pengendalian  dengan  Fungisida  Dithane M-45  dengan  dosis  2 gr/liter air. 

• Penyakit Bercak Daun Cercospora 
Penyebab  penyakit  ini  adalah  jamur  Cercospora  coffeicola  B.et  Cke.  C.coffeicola  mempunyai  konidium  berbentuk  gada,  ukurannya  ada  yang  pendek  dan  ada  juga  yang  panjang.  Konidia  dibentuk  pada  permukaan  bercak,  berbentuk  seperti  tepung  berwarna  abu-abu. 
Gejala: 
Serangan  dapat  terjadi  pada  daun maupun  pada  buah.  Pada  daun  yang  sakit  timbul  bercak, mula- mula  berwarna  kuning tapi  bercak  dikelilingi  halo  berwarna kuning.  Pada  buah  yang  terserang  timbul  bercak  berwarna  coklat,  biasanya  pada  sisi  yang  lebih  banyak  menerima  cahaya  matahari.  Pembusukan  pada  bagian  yang  berbecak dapat sampai  ke  biji  sehingga  dapat menurunkan kualitas. 
Pengendalian: 
Secara kultur teknis,  dengan  memberi  naungan  yang  cukup,  pemupukan  berimbang dan  pengurangan  kelembaban  kebun  melalui  pemangkasan  dan  pengendalian gulma.  Secara  kimiawi,  melalui  penyemprotan  dengan  Bavistin  50 WP 0,2%, Cupravit  OB  21  0,35%, Dithane M 45 80 WP  0,2%,  Delsene  MX 200 0,2% formulasi. 

• Penyakit Jamur Upas 
Penyakit  jamur  upas  disebabkan  oleh  jamur  Corticium  salmonicolor  B.et  Br.  C.salmonicolor  mempunyai  basidium  yang  tersusun  parallel  pada  stadium  kortisium.  Basidium  berbentuk  gada  pada  ujungnya  terbentuk  empat  sterigmata  yang mendukung  basidiospora. 
Gejala: 
Cabang atau ranting yang terserang layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang  yang  di  bawah,  tengah  maupun  di  ujung  pohon,  bahkan  dapat  terjadi  pada  batang.  Stadium  sarang  laba-laba,  berupa  lapisan  hifa  tipis,  berbentuk  seperti  jala  berwarna  putih  perak.  Stadium  bongkol  berupa  gambaran  hifa  berwarna  putih  biasanya  dibentuk  pada  lentisel atau pada celah-celah. Stadium kortisium berupa  lapisan kerak berwarna  merah  jambu,  terdiri atas  lapisan himenium, biasanya dibentuk pad  sisi bawah cabang  atau  sisi  cabang  yang  agak  ternaung.  Stadium  nekator  berupa  bintil-bintil  kecil  berwarna  orange  kemerahan  merupakan  sporodokhia  jamur  upas.  Stadium  nekator  terdapat  pada cabang  yang  tidak terlindung.  
Pengendalian: 
Batang atau  cabang  sakit  yang  ukurannya  masih  kecil (diameter < 1 cm)  dipotong  10 cm  di  bawah  pangkal  di  bagian  yang  sakit.  Potongan - potongan  batang  dan  cabang  yang  sakit  dikumpulkan  kemudian  dibakar.  Batang  atau  cabang  sakit  yang  ukurannya  sudah  cukup  besar,  apabila  serangannya  masih  awal,  bagian  yang  sakit   cukup  diolesi  dengan  fungisida  Calixin  RM  atau  Copper  Sandoz 0,4%  formulasi.  Apabila  serangannya  sudah 
lanjut,  batang  atau  cabang  yang  sakit  dipotong,  sisa  cabang  atau  batang  yang  dipotong  dan  cabang-cabang  di  sekitarnya diolesi dengan fungisida Calixin  RM  atau  Copper  Sandoz. 

Penanda Genetik Kopi Robusta untuk Karakter Toleran Kekeringan 
Karakter morfologi, hereditas sitogenetik, dan analisis isoenzim merupa-kan metode yang umum digunakan dalam pemuliaan tanaman kopi se-bagai penanda genetik untuk men-deteksi dan menyeleksi turunan hasil silangan. Kelemahan metode tersebut yaitu adanya pengaruh lingkungan dan resolusi diagnosis. Amplifikasi sidik jari DNA merupakan metode yang lebih efektif untuk mendeteksi polimorfisme dan juga merupakan metode yang tangguh dalam pemuliaan tanam-an kopi. Namun, hasil amplifikasi DNA yang terbaik hanya dapat diperoleh dari kondisi reaksi Polymerase Chain Reaction (PCR) yang optimum dan penggunaan primer yang tepat.
Kondisi yang terbaik untuk mengamplifikasi DNA kopi dengan PCR adalah menggunakan 100 mg DNA genomik, 1 unit Taq polimerase, dengan suhu annealing 37oC. Hasil analisis RAPD menunjukkan bahwa primer abi-11712 dengan susunan basa se-bagai berikut: GAA ATT AAA CTT TAT TAG CGA AG dapat digunakan sebagai pembeda klon kopi robusta yang toleran, moderat, dan peka terhadap cekaman kekeringan secara genetis. Sedang polimorfisme genetik antar individu koleksi kopi robusta yang toleran terhadap cekaman kekeringan yang dikumpulkan dari beberapa daerah di Indonesia, terhadap cekaman kekeringan cukup besar dengan jarak genetik berkisar antara 1,6–8,0 yang terdiri atas tiga kelompok populasi.

PANEN DAN PASCA PANEN 
Panen 
• Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun.

Pemanenan buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak. Penentuan kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe). Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan : 
1) Pemetikan pilih/selektif (petik merah) dilakukan terhadap buah masak. 
2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak. 
3) Pemetikan lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan. 
4) Pemetikan racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir. 

• Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting) yang rusak.

Pengolahan Biji Kopi 
Pengolahan biji merah dilakukan dengan metoda pengolahan basah atau semi-basah, agar diperoleh biji kopi kering dengan tampilan yang bagus, sedangkan buah campuran hijau, kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering. Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented). Biji kopi dapat diolah dengan beberapa cara  yaitu: pengolahan cara kering, pengolahan basah, dan pengolahan semi basah.

A. Pengolahan Cara kering 
Metoda pengolahan cara kering banyak dilakukan di tingkat petani karena mudah dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani. Tahap-tahap pengolahan kopi cara kering 

Pengeringan 
1) Kopi yang sudah dipetik dan disortasi (dipilih) harus sesegera mungkin dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia      yang bisa menurunkan mutu. Kopi dikatakan kering apabila waktu diaduk terdengar bunyi gemerisik. 
2) Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopi gelondong lalu dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan.      Kebiasaan merebus kopi gelondong lalu dikupas kulit harus dihindari karena dapat merusak kandungan zat kimia      dalam biji kopi sehingga menurunkan mutu. 
3) Apabila udara tidak cerah pengeringan dapat menggunakan alat pengering mekanis. 
4) Tuntaskan pengeringan sampai kadar air mencapai maksimal 12,5% 
5) Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara dijemur 
6) Pengeringan dengan mesin pengering tidak diharuskan karena membutuhkan biaya mahal.

Pengupasan kulit (Hulling) 
1) Hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya. 
2) Hulling dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller). Tidak dianjurkan untuk mengupas kulit dengan cara menumbuk karena mengakibatkan banyak biji yang pecah. Beberapa tipe huller sederhana yang sering digunakan adalah huller putar tangan (manual), huller dengan penggerak motor, dan humermill.

Pengupas Kulit Kopi Radial
kulit kopi (huller) radial adalah mesin pengupas kulit buah kopi kering maupun kopi pecah kulit (HS) kering yang menggunakan ban mobil sebagai unit pengupas. Keuntungan dari penggunaan ban adalah mudah didapat, awet, dapat menggunakan ban baru maupun bekas, dan kekerasannya dapat diatur untuk memperoleh hasil pengupasan yang optimal. Pengupasan radial juga di-lengkapi dengan unit pemisah kulit yang menggunakan sistem "tarik-panjang". Sistem ini dapat memberikan hasil pemisahan yang lebih sempurna, karena perbedaan berat yang kecil sekalipun dapat dipertegas oleh fase penarikan kulit/kotoran yang relatif panjang.
Pengupas radial sangat cocok untuk dimanfaatkan oleh para petani kopi maupun kelompok-kelompok tani. Saat ini tidak kurang dari 25 unit pengupas telah tersebar di beberapa daerah penghasil kopi, khususnya di Sulawesi Selatan.

B. Pengolahan Cara Basah (Fully Washed) 
Tahap-tahap pengolahan cara basah terdiri dari: 
a. Pengupasan Kulit Buah 
b. Fermentasi 
c. Pencucian 
d. Pengeringan 
e. Pengupasan kulit kopi HS

C. Pengolahan Cara Semi Basah (Semi Washed Process) 
Pengolahan secara semi basah saat ini banyak diterapkan oleh petani kopi arabika di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Cara pengolahan tersebut menghasilkan kopi dengan citarasa yang sangat khas, dan berbeda dengan kopi yang diolah secara basah penuh. Ciri khas kopi yang diolah secara semi-basah ini adalah berwarna gelap dengan fisik kopi agak melengkung. Kopi Arabika cara semi-basah biasanya memiliki tingkat keasaman lebih rendah dengan body lebih kuat dibanding dengan kopi olah basah penuh. Proses cara semi-basah juga dapat diterapkan untuk kopi Robusta. Secara umum kopi yang diolah secara semi basah mutunya sangat baik. Proses pengolahan secara semi- basah lebih singkat dibandingkan dengan pengolahan secara basah penuh.

Tahap-tahap pengolahan biji kopi semi basah: 
a. Pengupasan kulit buah 
b. Pemeraman (fermentasi) dan Pencucian 
c. Pengeringan awal 
d. Pengupasan kulit tanduk/cangkang 
e. Pengeringan biji kopi.


Sortasi (Pemisahan) 
Sortasi Buah 
Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang bagus (masak, bernas, seragam) dari buah yang tidak bagus (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. 

Sortasi Biji Kopi Beras 
Sortasi biji kopi beras bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran-kotoran non kopi seperti serpihan daun, kayu 
atau kulit kopi. Selain itu juga untuk memisahkan biji kopi berdasarkan ukuran dan cacat biji. Pemisahan berdasarkan ukuran dapat menggunakan ayakan mekanis maupun dengan manual. 
Pengemasan dan Penggudangan a. Kemaslah biji kopi dengan menggunakan karung yang bersih dan baik, serta diberi label sesuai dengan ketentuan 
Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2907-1999). Simpan tumpukan kopi dalam gudang yang bersih, bebas dari bau asing dan kontaminasi lainnya 
b. Karung diberi label yang menunjukkan jenis mutu dan identitas produsen. Cat untuk label menggunakan pelarut non minyak. 
c. Gunakan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bau asing 
d. Atur tumpukan karung kopi diatas landasan kayu dan beri batas dengan dinding 
e. Monitor kondisi biji selama disimpan terhadap kondisi kadar airnya, keamanan terhadap organisme gangguan (tikus, serangga, jamur, dll) dan faktor-faktor lain yang dapat merusak kopi 
f. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penggudangan adalah: kadar air, kelembaban relatif dan kebersihan gudang. 
g. Kelembaban ruangan gudang sebaiknya 70%. 


STANDARISASI KOPI

Pada prinsipnya penanganan pasca panen kopi harus memperhatikan keamanan pangan. Oleh karena itu harus dihindari terjadinya kontaminasi dari beberapa hal yaitu : 
a. Fisik (tercampur dengan benda asing selain kopi, misalnya: rambut, kotoran, dll); 
b. Kimia (tercampur bahan-bahan kimia); 
c. Biologi (tercampur jasad renik yang bisa berasal dari pekerja yang sakit, kotoran/sampah di sekitar yang membusuk) 

Spesifikasi persyaratan mutu kopi.

NO
JENIS UJI
SATUAN
PERSYARATAN









7
Kadar air, (b/b) 
Kadar kotoran berupa ranting, batu, tanah dan benda-benda asing lainnya 
Serangga hidup 
Biji berbau busuk dan berbau kapang 
Biji ukuran besar, tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm (b/b) 
Biji ukuran sedang lolos lubang ayakan ukuran diameter 7,5 mm, tidak lolos ayakan lubang ukuran diameter 6,5 mm (b/b) 
Biji ukuran kecil, lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 6.5 mm, tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 5,5 mm (b/b)









%
Masksimum 1
Maksimum 0,5

bebas 
bebas 
Maksimum lolos 2,5 

Maksimum lolos 2,5 

Maksimum lolos 2,5

Jenis mutu kopi.

Mutu
Syarat Mutu
Mutu 1 
Mutu 2 
Mutu 3 
Mutu 4-A 
Mutu 4-B 
Mutu 5 
Mutu 6
Jumlah nilai cacat maksimum 11 
Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25 
Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44 
Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 
Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80 
Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150 
Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225

 

 

Semoga bermanfaat
Salam tani
 
Dwi Hartoyo,SP

REFERENSI
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kopi.html
http://prasetyowidi.wordpress.com/2008/06/06/budidaya-kopi-arabica/
http://pekebun.com/?p=326
http://www.coffeecommunity.web.id/coffee-land/teknik-budidaya-kopi/
http://www.scribd.com/doc/29391617/BUDIDAYA-KOPI
http://www.serambinews.com/news/view/26890/program-budidaya-kopi-gayo-harus-diprioritaskan
http://www.ipard.com/penelitian/penelitian_kopi.asp
http://berita.kapanlagi.com/ekonomi/nasional/p3k-aeki-terus-kembangkan-budidaya-kopi-robusta-hyln7xf.html
http://agusns.staff.umy.ac.id/?p=171
http://antaranews.com/berita/1273020579
http://binaukm.com/2010/05/karakteristik-tanaman-kopi-dalam-usaha-budidaya-tanaman-kopi/
http://www.ipard.com/Produk/KopiRobusta.asp
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/index.php?
http://blogs.unpad.ac.id/yunmyu/?p=1
http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi