Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu.Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).
Era penemuan biji kopi dimulai sekitar tahun 800 SM. Pada saat itu, banyak orang di Benua Afrika, terutama bangsa Etiopia, yang mengonsumsi biji kopi yang dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh. Penemuan kopi sendiri terjadi secara tidak sengaja ketika penggembala bernama Khalid mengamati kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga bahkan setelah matahari terbenam setelah memakan sejenis beri-berian. Ia pun mencoba memasak dan memakannya. Kebiasaan ini kemudian terus berkembang dan menyebar ke berbagai negara di Afrika, namun metode penyajiannya masih menggunkan metode konvensional. Barulah beberapa ratus tahun kemudian biji kopi ini dibawa melewati Laut Merah dan tiba di Arab dengan metode penyajian yang lebih maju.
MACAM MACAM DAN JENIS KOPI
Dari sekian banyak jenis biji kopi yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta). Masing-masing jenis kopi ini memiliki keunikannya masing-masing dan pasarnya sendiri.
Biji kopi arabika
Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. n besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini. Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dSebagiaan Indonesia. Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26 oC. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.
Biji kopi robustaKopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak.Selain itu, cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas daripada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m di atas permuakaan laut. Selain itu, kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini menjadikan kopi robusta lebih murah. Kopi robusta banyak ditumbuhkan di Afrika Barat, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan.
Kopi luwak
Jenis kopi yang lain merupakan turunan atau subvarietas dari kopi arabika dan robusta. Biasanya disetiap daerah penghasil kopi memiliki keunikannya masing-masing dan menjadikannya sebagai suatu subvarietas. Salah satu jenis kopi lain yang terkenal adalah kopi luwak asli Indonesia. Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia. Proses terbentuknya dan rasanya yang sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi jenis ini. Pada dasarnya, kopi ini merupakan kopi jenis arabika. Biji kopi ini kemudian dimakan oleh luwak atau sejenis musang. Akan tetapi, tidak semua bagian biji kopi ini dapat dicerna oleh hewan ini. Bagian dalam biji ini kemudian akan keluar bersama kotorannya. Karena telah bertahan lama di dalam saluran pencernaan luwak, biji kopi ini telah mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami di dalam perut luwak yang memberikan cita rasa tambahan yang unik. Luwak hanya memilih kopi yang benar benar tua dan jika kopi masih muda atau setengah matang Luwak tidak mau memakannya. Tetapi jenis ini tidak dapat diterima oleh negara-negara tertentu terutama negara dengan mayoritas penduduknya beragama islam termasuk Indonesia ( luwak adalah kopi asli Indonesia ) karena menurut ajaran Islam segala sesuatu yang berasal dari kotoran adalah najis dan haram ! pendapat ini seharusnya dikaji lebih mendalam lagi ? najis yang sifatnya material bukankah bisa dibersihkan dengan berbagai cara tetapi najis yang bersifat rohani itu yang tidak bisa dibersihkan ! (amarah, dengki, dusta, dll ). Disisi lain kopi Luwak adalah kopi Asli Indonesia, bukankah hal ini harus dihargai sebagai salah satu bentuk hasil alam Indonesia.
Kandungan Kopi
Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi.Kafein sendiri merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit. Berbagai efek kesehatan dari kopi pada umumnya terkait dengan aktivitas kafein di dalam tubuh. Peranan utama kafein ini di dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Efeknya ini biasanya baru akan terlihat beberapa jam kemudian setelah mengkonsumsi kopi. Kafein tidak hanya dapat ditemukan pada tanaman kopi, tetapi juga terdapat pada daun teh dan biji cokelat. Batas aman konsumsi kafein yang masuk ke dalam tubuh perharinya adalah 100-150 mg.Dengan jumlah ini, tubuh sudah mengalami peningkatan aktivitas yang cukup untuk membuatnya tetap terjaga.
Kandungan Kafein
Secangkir kopi : 85 mg
Secangkir teh : 35 mg
Minuman berkarbonasi : 35 mg
Minuman berenergi : 50 mg
Kalau melihat data diatas maka batas aman konsumsi Kafein dengan meminum kopi sebanyak kurang lebih 2 cangkir kopi dalam satu hari.
Klasifikasi ilmiah Tanaman Kopi Kerajaan : Plantae Ordo : Gentianales Famili : Rubiaceae Upafamili : Ixoroideae Bangsa : Coffeeae Genus : Coffea Tipe spesies | ![]() Tanaman dan Buah kopi ( muda ) |
Bagaimana cara budidaya kopi ? pada postingan ini kami ulas secara mendetail dan utuh. Semoga informasi ini bermanfaat .
Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu:
(1) teknik penyediaan sarana produksi,
(2) proses produksi/ budidaya,
(3) teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri)
(4) sistem pemasarannya.
Keempat- empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik dan benar.
Dalam era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka bisa dihasilkan mutu produk (biji kopi) yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen. Hal tersebut perlu diperhatikan para pekebun kopi agar usaha taninya dapat berhasil baik, produksi kopinya tinggi dan pendapatan petani juga tinggi.
Syarat Tumbuh Tanaman Kopi
Jenis kopi yang biasa ditanam di perkebunan rakyat seperti di Lampung adalah kopi arabika dan robusta. Padahal kedua jenis tanaman kopi tersebut menghendaki persyaratan tumbuh yang berbeda (Tabel 1). Kopi arabika menghendaki ketinggian lahan yang lebih tinggi dari kopi robusta agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Penanaman kopi arabika pada lahan dataran rendah produktivitasnya akan menurun dan lebih rentan terhadap penyakit karat daun, sedangkan penanaman kopi robusta di daerah Lampung cocok ditanam pada ketinggian antara 300- 600 m di atas permukaan laut. Ketinggian ideal tempat budidaya kopi juga berhubungan dengan serangan penyakit mematikan pada tanaman kopi semisal jika kopi arabika di tanam di dataran menengah maka tingkat kerusakan penyakit Hemileia vastatrix ( penyebab karat daun ) semakin parah, hal ini akan mempengaruhi jumlah produksi.
Syarat Tumbuh | Jenis Kopi Robusta | Jenis Kopi Arabika |
Iklim Tinggi tempat Suhu udara harian Curah hujan rata-rata Jumlah bulan kering | 300 - 600 m dpl 24 - 30o C 1.500-3.000 mm/th 1-3 bulan/tahun | 700 -1.400 m dpl 15 - 24o C 2.000-4.000 mm/th 1 - 3 bulan/tahun |
Tanah pH tanah Kandungan bahan organik Kedalaman tanah efektif Kemiringan tanah maksimum | 5,5 - 6,5 minimal 2% > 100 cm 40% | 5,3 - 6,0 minimal 2% >100 cm 40% |
Keterangan : dpl = dari permukaan laut
Iklim yang Cocok untuk Tanaman Kopi
Persyaratan iklim kopi Arabika :
• Garis lintang 6-9o LU sampai 24o LS.
• Tinggi tempat 1250 s/d 1.850 m dpl.
• Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
• Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan
• Suhu udara rata-rata 17-21o C.
Persyaratan iklim Kopi Robusta :
• Garis lintang 20o LS sampai 20o LU.
• Tinggi tempat 300 s/d 1.500 m dpl.
• Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
• Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan
• Suhu udara rata-rata 21-24o C.
Pengaruh angin :
Pohon tanaman kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebih-lebih dimusim kemarau. Karena angin itu mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman di bawahnya.
Keadaan Tanah
Tanah
Sehubungan dengan tanah ini yang penting untuk dipelajari terutama sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah.
a. Sifat fisik tanah untuk pertanaman kopi
Sifat fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Tanah untuk tanaman kopi berbeda-beda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang-kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkanoksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Sebab kecuali tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi jelek. Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, terutama dalam pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanah-tanah hutan belantara hasilnya sangat memuaskan, karena humus banyak mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembuahan. Sebaliknya pada tanah-tanah yang ditanami kembali (tanaman ulang = replanting pertumbuhan dan hasilnya kurang memuaskan. Maka apabila dipandang perlu tanaman ulang ini hendaknya diganti dengan tanaman yang tidak sejenis, karena tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanan juga berbeda.
b. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan tanah dan PH. Di atas telah dikemukakan, bahwa tanaman menghendaki tanah yang dalam, gembur dan banyak mengandung humus.
Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan Tanah yang subur berarti banyak mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Tanaman kopi menghendaki reksi yang agak asam dengan PH 5,5 - 6,5. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya baik dengan daun-daun cukup ion Ca++ untuk fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi dengan kapur tohor, atau yang lebih tepat diberikan dalam bentuk pupuk; misalnya serbuk tulang/Ca-(PO2) + Calsium metaphospat/Ca(PO2).
TEKNOLOGI BUDIDAYA KOPI
Bahan Tanam
Cara perbanyakan kopi robusta dan kopi arabika berbeda, sehingga penggunaan bahan tanam kopi robusta pun berbeda dengan kopi arabika. Kopi robusta diperbanyak secara vegetatif, sehingga bahan tanaman yang digunakan berupa klon. Sedangkan kopi arabika biasanya diperbanyak dengan benih sehingga bahan tanam anjurannya berupa varietas.
Bahan tanam kopi arabika yang telah dilepas Menteri Pertanian ada lima varitas, yaitu: AB 3, USDA 762, S 795, Kartika 1, dan Kartika 2. Petani di Lampung kebanyakan menanam kopi robusta. Kopi robusta memiliki sifat menyerbuk silang, maka untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitasnya dapat dicapai dengan menggunakan (3-4) klon unggul (poliklonal) yang berkomposisi secara tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu.
Varietas Unggul Kopi Arabika
Pemuliaan untuk meningkatkan produktivitas kopi arabika ditekankan untuk mendapatkan varietas toleran penyakit karat daun berperawakan katai. Dengan perawakan katai pe-ningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan populasi tanaman per satuan lahan. Hasil seleksi terhadap beberapa nomor introduksi kopi arabika berperawakan katai dari CIFC, Portugal melahirkan BP 453 A dan BP 454 A yang akhirnya pada tahun 1993 dilepas sebagai varietas Kartika 1 dan Kartika 2. Keduanya selain memiliki sifat daya hasil tinggi (2.000-3.000 kg kopi pasar per hektar), toleran serangan penyakit karat daun serta mempunyai mutu biji baik, sehingga dapat dianjurkan ditanam pada lahan ketinggian menengah.
Selain itu untuk mengatasi masalah lahan marginal, pada tahun 1995 telah dilepas varietas S 795. Selain produktivitasnya cukup baik (1.500-2.000 kg kopi pasar per hektar), varietas ini juga toleran penyakit karat daun, sehingga dapat ditanam mulai 700 m dpl Pada saat yang sama juga dilepas varietas Abesinia 3 dan USDA 762. Meskipun daya hasilnya lebih rendah karena kurang tahan penyakit karat daun, tetapi dua varietas tersebut merupakan pilihan bagi pekebun yang memiliki lahan di atas 1.000 m dpl, tanahnya subur dengan tipe iklim basah serta memiliki tenaga kerja terbatas.
Varietas-varietas kopi arabika anjuran ini telah ditanam di perkebunan besar negara maupun swasta. Perkebunan rakyat yang telah menanam di Propinsi Sumut, Sumbar, Bengkulu, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Timtim, Sulsel, dan Irian Jaya, baik melalui proyek bantuan pemerintah maupun swadaya murni sehingga areal kopi arabika bertambah seluas ? 10.400 ha.
Klon Unggul Kopi Robusta dan Pilihan Komposisi Klon Sesuai Kondisi Iklim
Untuk mengatasi rendahnya produktivitas serta mutu kopi robusta Indonesia dianjurkan penanaman secara klonal yang harus menggunakan banyak klon (poliklonal). Beberapa klon anjuran kopi robusta yang baru dilepas pada tahun 1997, terdiri dari BP 234, BP288, BP 358, BP 409, SA 237, dengan BP 42 sebagai klon penyerbuk paling baik diatur dengan beberapa komposisi yang sesuai dengan kondisi iklim ter-tentu, sebagai berikut:
- > 400 m dpl; tipe iklim A/B: BP 42, BP 358, BP 234 dan SA 237.
- > 400 m dpl; tipe iklim C/D: BP 42, BP 358, BP 234, dan BP 409
- < 400 m dpl; tipe iklim A/B: BP 42, BP 234 dan BP 409
- < 400 m dpl: tipe iklim C/D: BP 42, BP 234, BP 288 dan BP 409.
Potensi produksi setiap komposisi klon berkisar 1.500-2.000 kg kopi pasar per hektar. Paket teknologi anjuran ini telah diterapkan secara meluas di perkebunan besar negara maupun swasta, perkebunan rakyat di Jatim, khususnya yang terdapat di sekitar perkebunan besar, sedangkan di luar Jawa diterapkan di provinsi D.I Aceh, Bali, NTB, Kalbar, dan Sultra, baik melalui proyek bantuan pemerintah maupun swadaya murni. Paket teknologi ini sebenarnya telah diterapkan secara meluas terjadi mulai tahun 1980-an. Dampak penerapan teknik budidaya kopi robusta secara poliklonal ini terhadap peningkatan produktivitas kebun-kebun kopi robusta di Pulau Jawa yaitu meningkat hampir dua kali lipat. Selain itu dengan penerapan poliklonal tersebut masalah rendahnya produktivitas kopi robusta per satuan lahan sebagai akibat peng-gunaan bahan tanaman secara semai-an, serta rendahnya mutu fisik biji kopi robusta karena ukuran biji tidak seragam secara perlahan dapat di-kurangi, sedangkan alokasi klon ter-tentu untuk daerah tertentu telah dapat diarahkan.
Beberapa klon kopi robusta berdasarkan sifat masa berbunga dan ukuran biji.
Klon kopi robusta | Ukuran biji | Masa berbunga | |
>400 m dpl | <400 m dpl | ||
BP 534 BP 936 SA 237 BP 358 BP 42 BP 409 | Cukup besar/besar Cukup besar/besar Cukup besar Cukup besar/besar Besar Cukup besar/besar | Agak lambat Agak awal Lambat Agak lambat Agak lambat Agak lambat | Agak lambat Agak awal Lambat Agak lambat Agak lambat Agak lambat |
Sumber: Hulupi dan Mawardi (1999)
***** Varietas unggul Kopi dan keunggulannya. ( silahkan baca disini ) ******
Bercocok Tanam Tanaman Kopi
Dalam rangka bercocok tanam kopi, selain memperhatikan keadaan iklim, jenis dan varietas yang akan ditanam, juga harus diperhatikan pekerjaan - pekerjaan yang akan dilaksanakan, seperti :
Pembibitan dan Persemaian Tanaman Kopi
Bibit yang akan ditanam dapat berasal dari :
- biji (zaaling), pembiakan secara genertaif.
- Sambungan atau stek, pembiakan secara vegetatif.
Pembiakan Bibit Tanaman Kopi dari Biji
Cara memperoleh biji kopi :
1. Dari kebun sendiri, biji diambil dari pohon yang telah diketahui mutunya. Pohon induk yang produksinya cukup tinggi, tahan terhadap nematoda, bubuk buah maupun bubuk batang, atau dengan kata lain yang tahan terhadap hama dan penyakit.
2. Balai penelitian perkebunan, bersumber dari kebun percobaan yang menghasilkan biji telah teruji keunggulannya.
Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan kriteria sebagai berikut :
1 Sumber benih : Harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk.
2 Umur bibit : 8 -12 bulan
3 Tinggi : 20 -40 cm
4 Jumlah minimal daun tua : 5 – 7
5 Jumlah cabang primer : 1
6 Diameter batang : 5 – 6 cm
Kebutuhan bibit/ha
• Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m
• Populasi : 6.400 tanaman
Untuk sulaman : 25 %
Cara memilih dan memelihara biji kopi untuk bibit:
Buah yang dipungut adalah yang masak, kemudian dipilih yang baik, tidak cacat dan yang besarnya normal. Jika biji ini tidak memenuhi syarat harus disingkirkan. Semua buah/biji kopi yang memenuhi syarat kemudian dikerjakan sebagai berikut:
• Biji dikelupas kulitnya, dinjak-injak dengan kain, tetapi kulit tanduk tidak sampai lepas.
• Lendir yang melekat dibersihkan, dengan jalan dicuci atau digosok permukaannya dengan abu dapur.
• Setelah bersih biji dikering anginkan satu atau dua hari, tidak langsung terkena sinar matahari, melainkan kering angin.
• Biji-biji yang sudah kering, selanjutnya diadakan pemilihan yang kedua kalinya. Jika biji kopi itu hampa dan bentuknya jelek, harus disortasi, tidak perlu disemai.
Cara menyimpan biji kopi:
biji-biji kopi yang telah dipilih dalam keadaan kering dapat terus disemaikan. Untuk menungggu musim persemaian yang tepat, biji dapat disimpan untuk sementara waktu. Dan untuk menghindari terjadinya serangan hama bubuk atau untuk memetikan bubuk yang mungkin ada, maka biji-biji kopi tersebut bisa dimasukkan dalam peti dengan jalan:
• Pada dasar peti diberi lapisan kain yang diberi minyak terpentin dengan dosis 1 cc / 100 cm2. Dan di atas kain pada lapisan biji setebal 5 cm, diberi kain lagi yang diberi minyak terpenting pula, demikian seterusnya sehingga peti itu penuh.
• Bila peti itu sudah penuh, kemudian ditutup rapat - rapat dan dibiarkan selama 3 hari 3 malam agar semua hama mati karenanya.
• Kalau penyimpanan itu berlangsung agak lama, maka biji tersebut perlu dicampur dengan bubuk arang yang dibasahi dengan air, dengan perbandingan 1 kg bubuk arang : 150 cc air.
• Perbandingan antara biji dan bubuk arang yakni 3:1. Atau 3 kg biji dicampur 1 kg bubuk arang yang telah dibasahi tadi.
Lamanya penyimpanan biji kopi:
Penyimpanan biji tidak boleh terlalu lama, sebab jika terlalu lama daya tumbuhnya akan menurun atau akan habis sama sekali. Biji-biji kopi yang baru akan tumbuh 90 - 100%, sedang yang disimpan sekitar 6 bulan daya tumbuhnya 60 - 70%. Sebaiknya penyimpanannya jangan sampai lebih dari 3 bulan, dan yang paling baik ialah bila penyimpanan itu dilakukan sekitar dua bulan. Penyimpanan dimasukkan kedalam ruangan yang gelap dan sejuk. Penaburan biji kopi: bibit kopi dapat ditanam setelah umur 8-9 bulan. Maka penaburan biji kopi dipersemaian harus memperhatikan rencana penanaman.
• Kalau bibit kopi ditanam sebagai zaailing, maka baiklah bila biji itu ditaburkan pada bulan Januari - Februari. Dengan demikian kelak musim tanam tiba bibit sudah berumur 10 - 11 bulan.
• Kalau bibit akan ditanam sebagai sambungan, baiklah kalau biji itu ditaburkan pada bulan Agustus. Selanjutnya bibit dapat disambung pada umur satu tahun. Dan pada waktu itu masih banyak biji yang segar. Bila kelak bibit akan ditanam pada bulan November/ Desember bibit sambungan tersebut sudah berumur 4 bulan.
• Banyaknya biji yang akan ditaburkan tentu saja harus disesuaikan dengan luas rencana penanaman. Biji yang ditaburkan perlu diperhitungkan 2 kali lipat dari bibit yang akan ditanam, hal ini bila ditanam sebagai zaailing. Tetapi bila bibit itu akan disambung, maka jumlah biji yang akan ditaburkan adalah dua setengah kali dari rencana penanaman. Hal ini mengingat bahwa daya tumbuh sambungan belum tentu bisa mencapai 100%.
Persemaian biji kopi :
Persyaratan tempat persemaian biji kopi, sebagai berikut:
1. Tanah sedapat mungkin dipilih yang agak datar, subur, dan banyak mengandung bunga tanah.
2. Dekat perumahan dan sumber air, agar memudahkan pengamatan dan pemeliharaan pada musim kemarau, terutama dalam melakukan penyiraman.
3. Ada pohon pelindung, agar dapat menahan terik matahari dan percikan air hujan yang lebat, sehingga tidak merusakkan bibit.
4. Terhindar dari bibit penyakit dan hama, tempat- tempat yang akan dipergunakan sebagai persemaian sebaiknya diselidiki terlebih dahulu terhadap kemungkinan adanya infeksi penyakit dan hama. Sehingga apabila ada bibit penyakit atau hama harus diadakan pencegahan dan pemberantasan.
5. Semprotkan larutan MiG-6PLUS ( 10ml MiG-6PLUS : 1 liter air) tipis pada permukaan lahan persemaian. Untuk lahan persemaian dengan luas 10m2. Tingkat penyemaian biji kopi ada dua tingkat, yaitu: tingkat perkecambahan, dan dederan bibit pemindahan dari perkecambahan).
a. Perkecambahan biji kopi
Semua biji dibenamkan pada lapisan pasir menghadap ke bawah, artinya bagian punggung di atas, dan bagian perut menghadap ke bawah. Pembenaman dilakukan sedemikian rupa sehingga bagian teratas kelihatan rata dengan lapisan pasir. Biji dibenamkan secara berderet dalam satu baris, jarak antara baris larikan yang satu dengan lainnya 5 cm. Sedangkan jarak antara biji dengan biji 2,5 cm. Setiap 1 m bisa memuat 2.000 - 3.000 biji kopi, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya biji dan jenisnya. Biji yang ditaburkan bisa dengan kulit biji tanduk atau tanpa kulit tanduk. Tetapi lebih baik biji kopi tersebut dilepas kulit tanduknya, sehingga mereka akan lebih cepat tumbuh dan tidak menjadi sarang penyakit.
Setelah selesai pembenaman, biji-biji kopi tersebut diberi pasir lagi, tipis-tipis saja. Tempat perkecambahan ini harus dijaga supaya tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban biji-biji tersebut, di atas bedengan yang tertutup pasir tadi diusahakan ditutup dengan lalang atau jerami yang dipotong-potong antara 0,5 - 1 cm, kemudian diadakan penyiraman dua atau tiga kali sehari. Setelah berumur 4 - 8 minggu, biji kopi tersebut akan berkecambah, kemudian dapat dipindahkan ke persemaian atau tempat dederan. Semai dalam tingkat ini sudah berumur 2 - 3 bulan, selanjutnya dapat dipindahkan ke
persemaiaan.
b. Dederan bibit kopi
Kecambah kopi yang dipindahkan dapat berupa serdadu (soldatje) atau kepel (kecambah yang kepingnya sudah membuka). Kecambah kopi yang dipindahkan kepersemaian harus dilakukan dengan sangat hati-hati, supaya akar tidak rusak. Pemindahan ini tidak boleh dicabut, melainkan harus disongkel dengan sebilah bambu atau solet. Sebelum bibit dipindahkan kepersemaian harus diseleksi bentuk perakarannya terlebih dahulu, karena akar yang pertumbuhannya bengkok kurang baik, tanaman menjadi kerdil. Penanaman harus dilakukan dengan hati-hati sekali, dengan maksud supaya akar dan batang kepelan tidak rusak. Untuk keperluan tersebut tempat-tempat yang akan ditanami harus dibuat lubang terlebih dahulu dengan suatu alat tertentu, misalnya bilah bambu atau tusuk. Kemudian barulah bagian akar dan batang ditempelkan pada salah satu sisi lubang dengan tangan kiri, dan tangan kanan melakukan pemadatan tanah dengan hati-hati sekali. Jarak antara daun kepelan dengan tanah lebih kurang 3 cm.
Bibit Tanaman Kopi Asal Kultur Jaringan
Bahan yang digunakan adalah potongan daun kopi muda yang masih berwarna hijau kemerahan atau hijau segar. Daun tersebut dipotong kecil-kecil berukuran kurang lebih 5 mm berbentuk segi empat atau kotak. Potongan daun tadi ditanam di dalam cawan kecil yang berisi campuran bahan- bahan khusus yang telah dibuat dan diperhitungkan untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi potongan daun kopi tersebut. Campuran bahan- bahan ini dinamakan "media." Untuk membuat potongan daun mampu tumbuh dan berkembang, tentunya perlu beberapa perlakuan khusus agar dapat berhasil membentuk bibit yang sempurna. Perlakuan ini dilakukan di laboratorium, rumah kaca, dan tempat persemaian di kebun. Perlakuan yang diberikan di laboratorium meliputi jenis media, macam dan kadar zat pengatur tumbuh, kondisi penanaman yang paling sesuai, dan sebagainya.
Sebelum menjadi tanaman, potongan daun tersebut akan membentuk gumpalan -gumpalan yang berwarna putih-ekuningan dan krem, berbentuk bulat atau lonjong yang disebut sebagai " kalus ". Selanjutnya kalus ini akan tumbuh dan berkembang menjadi calon atau bakal bibit yang disebut " embrio ". Dalam beberapa percobaan, ada juga dari potongan daun langsung membentuk embrio. Embrio inilah yang akan tumbuh dan berkembang menjadi bibit yang kecil. Selanjutnya, bibit dipindah ke dalam botol yang sesuai dengan ukuran bibit agar tumbuh dan berkembang lebih jauh menjadi tanaman yang lebih besar.
Perbanyakan Kopi Secara In Vitro
Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kopi adalah dukungan bahan tanam berupa klon-klon unggul baik kopi robusta mau-pun arabika. Di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao telah tersedia bahan tanam unggul kopi robusta antara lain BP 42, BP 308, dan BP 409, sedangkan dari kopi arabika antara lain USDA 762, Kartika 1, Kartika 2, dan S 795. Dalam rangka penyebaran bahan tanam ini secara luas dan cepat maka diperlukan teknologi yang sesuai untuk mem-percepat perkembangbiakan klon-klon tersebut. Kultur jaringan merupakan alternatif yang sesuai diterapkan untuk memproduksi bahan tanam kopi dalam jumlah besar dan dalam waktu relatif singkat.
Embriogenesis somatik langsung telah berhasil diterapkan untuk per-banyakkan klon unggul kopi robusta BP 308 dan kopi arabika USDA 762. Keunggulan teknik embriogenesis langsung adalah bibit yang dihasilkan secara genetis sama dengan induknya. Disamping itu dalam waktu yang relatif singkat dapat diperoleh bahan tanam dalam jumlah besar karena dari satu potongan eksplan dapat dihasilkan ribuan bibit dalam waktu satu tahun.
Teknik Konversi Kopi Robusta ke Arabika dengan Teknik Penyambungan di Lapangan
Penelitian konversi kopi robusta ke arabika dengan teknik penyambung-an di lapangan telah dilaksanakan dengan pertimbangan beberapa masalah antara lain, harga kopi arabika yang lebih mahal dibandingkan dengan harga kopi robusta, khususnya di pasar-an dunia. Komposisi produksi kopi se-cara nasional didominasi oleh kopi robusta, kopi arabika hanya mencapai 6 persen. Banyak kopi robusta ditanam di lahan tinggi, yang sebenarnya lebih cocok untuk penanaman kopi arabika.
Karena tingkat pengetahuan dan sosial kultural petani rakyat, umumnya setiap upaya konversi tanaman yang berakibat terputusnya pendapatan dari tanaman semula dan berjangka panjang sangat memberatkan per-ekonomian petani, selain itu biaya yang diperlukan cukup besar untuk tingkat kehidupan petani rakyat. Untuk mengatasi masalah tersebut telah di-kembangkan teknik konversi kopi robusta ke arabika dengan cara pe-nyambungan di lapangan dengan metode "swing". Dengan metode ter-sebut petani masih dapat memperoleh hasil kopi sebesar ? 50 persen dari sisa tajuk yang tidak di "swing". Tanaman kopi arabika hasil konversi dengan penyambungan dapat berproduksi lebih awal bila dibanding-kan dengan melalui biji. Produksi kopi arabika diharapkan dapat mencapai 30 persen dari produksi kopi nasional. Dengan asumsi produksi kopi nasional saat ini 450.000 ton per tahun, dan diharapkan produksi kopi arabika ter-jadi peningkatan 30 persen serta selisih harga nominal antara kopi arabika dan kopi robusta US$ 1 (minimal), maka dampak kepada peningkatan devisa akan mencapai US$ 67.500 juta atau sekitar Rp 141.750 milyar. Pendapatan petani juga akan lebih tinggi dengan menanam kopi arabika dibanding kopi robusta.
Teknik konversi ini telah di-terapkan di perkebunan besar negara maupun swasta. Perkebunan rakyat yang telah menerapkan antara lain di Propinsi Aceh, Lampung, NTT, dan Bali.
Persiapan tanam dan penanaman Pertanaman kopi memerlukan pohon pelindung. Makanya, sebelum menanam kopi terlebih dahulu menanam pohon pelindung. Di Lampung pohon pelindung yang banyak dipakai petani adalah glirisidea (gamal/kayu hujan). Tahapan persiapan tanam dan penanaman kopi sbb: - Tanamlah pohon pelindung. Sebaiknya menggunakan jenis lamtoro yang ditanam satu tahun sebelum kopi ditanam. Penanaman pohon pelindung diletakkan pada satu titik diantara empat pohon kopi.
- Setelah pohon pelindung tumbuh, sekitar 1-3 bulan menjelang musim hujan, buatlah lubang tanam untuk kopi dengan ukuran (panjang x lebar x dalam) 60x60x60 cm. Lubang tanam diisi pupuk kandang (kotoran sapi) sebanyak 10 kg/lubang, kemudian ditutup dengan tanah bekas galian.
- Lubang tanam digali lagi seluas satu cangkul (sedalam 20 cm) pada saat penanaman. Penanaman kopi secara poliklonal dengan membentuk komposisi (3-4 klon) yang sesuai. Masing-masing klon ditanam secara berbaris diantara pohon pelindung.
Pengaturan penanaman poliklonal diatur secara sistematis, setiap klon ditanam dalam lajur tertentu berseling dengan klon pasangan komposisi yang dipilih, antara lain berdasarkan pada :
(1) sifat daya adaptabilitas daya hasil yaitu yang mampu beradaptasi dengan baik seperti: klon BP 42, BP 358, dan SA 237 dan toleran terhadap iklim basah seperti; klon BP 534 dan BP 936,
(2) sifat berbunga yang relatif serempak agar proses persarian (pembuahan) dapat berlangsung dengan baik, dan (3) keseragaman ukuran biji yang dihasilkan lebih seragam (Tabel 2), ukuran biji yang tidak seragam dapat menyulitkan dalam kegiatan pemasaran..
Penanaman
a. Jarak Tanam
Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :
Segi empat : 2,5 x 2,5 m
Pagar : 1,5 x 1,5 m
Pagar ganda : 1,5 x 1,5 x 3 cm
b. Lobang Tanam
Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.
Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.
Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.
Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.
2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang.
Tanah urugan jangan dipadatkan.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan pada musim hujan
Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.
Penyambungan
Pembentukan kebun kopi robusta secara poliklonal dapat juga dilakukan pada kebun kopi yang sudah ada (tidak menanam baru) . Batang bawah kopi disambung dengan batang atas (entres) dari klon-klon kopi robusta anjuran yang
dipilih. Hasil sambungan dikatakan berhasil baik jika setelah 2 minggu penyambungan bahan masih tetap segar.
Pemeliharaan Tanaman di Lapang
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk tanaman yang mati setelah 2-3 minggu tanam di lapang. Kemudian didangir di sekitar tanaman dengan jarak 30cm sekeliling batang untuk pembersihan gulma (sekali setahun pada awal musim hujan).
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran Urea, TSP, dan KCl) masing-masing ½ dari dosis 100 gr Urea, 50 gr TSP, dan 50 gr KCl, pada saat tanaman berumur 2 tahun. Setelah tanaman berumur 3-4 tahun, tinggi tanaman mencapai 150 cm dilakukan pemangkasan 30 cm dari pucuk, bila tanah kurang subur diperpanjang pemangkasannya menjadi 40-50 cm dari pucuk.
a. Dosis pemupukan kopi per pohon adalah :
• Umur 1 tahun : 50 gr Urea, 40 gr TSP, dan 40 gr KCL.
• Umur 2 tahun : 100 gr Urea, 80 gr TSP, dan 80 gr KCL.
• Umur 3 tahun : 150 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
• Umur 4 tahun : 200 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
• Umur 5-10 tahun : 300 gr Urea, 150 gr TSP, dan 240 gr KCL.
• Umur 10 thn keatas : 500 gr Urea, 200 gr TSP, dan 320 gr KCL.
b. Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis.
c. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)
Pemangkasan Kopi
• Pangkasan Bentuk
Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m
Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas
Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan
• Pangkasan Produksi
Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.
Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak menghasilkan buah.
Pembuanagn cabang-cabang yang terserang hama penyakit.
Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal musim hujan.
• Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)
Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun
Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggio 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.
Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk
Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.
Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi.
Pengendalian Alang-alang (Imperata cylindrica)
Menurut Balit Karet Sembawa (1996), pengendalian alang-alang dapat dilakukan secara perebahan, mekanisme, kultur teknis, kimiawi dan terpadu.
1) Perebahan :
a. Daun dan batang alang-alang yang telah direbahkan akan kering dan mati tanpa merangsang pertumbuhan tunas dan rimpang serta dapat berfungsi sebagai mulsa.
b. Perebahan dapat menggunakan papan, potongan kayu atau drum.
c. Setelah alang-alang terkendali, lahan siap untuk usaha tani kopi dengan tahap-tahap seperti yang telah diuraikan di atas.
2) Cara Mekanis
a. Dilakukan dengan pengolahan tanah.
b. Penebasan dapat mengurangi persaingan alang-alang dengan tanaman pokok tetapi hanya bersifat sementara dan harus sering diulangi minimum sebulan sekali.
c. Setelah alang-alang terkendali, lahan siap untuk usaha tani kopi dengan tahapan seperti yang telah diuraikan di atas.
3) Cara Kultur Teknis
a. Penggunaan tanaman penutup tanah leguminosa (PTL). Jenis-jenis PTL yang sesuai meliputi Centrosema pubescens, Pueraria javanica, P. triloba, C. mucunoides, Mucuna spp. dan Stylosanthes guyanensis.
b. Semprot alang- alang dengan herbisida dengan model lorong, lebar lorong 2 m, jarak antar lorong 4 m.
c. Apabila alang-alang sudah kering, buat dua jalur tanam sedalam 5 cm, jarak antar alur 70 cm.
d. Gunakan PTL sesuai rekomendasj untuk daerah setempat, kebutuhan benih 2 kg/ha.
e. Benih dicampur pupuk SP-36 sebanyak 24 kg/ha kemudian ditaburkan di dalam alur.
f. Tutup alur dengan tanah setebal 1 cm.
g. Alang-alang akan mati setelah tertutup oleh tajuk PTL.
h. Metode ini lebih tepat untuk areal yang sudah ada tanaman pokoknya.
Kopi Organik
Pasar kopi baru yaitu specialty coffee merupakan peluang yang harus diraih, dalam kopi organik termasuk di dalamnya. Kopi organik merupakan kopi yang diproduksi dengan menganut pada paham pertanian yang ber-kelanjutan. Dalam budidaya organik aspek-aspek pelestarian sumberdaya alam, keamanan lingkungan dari se-nyawa senyawa pencemar, keamanan hasil panen bagi kesehatan manusia serta nilai gizinya sangat diperhati-kan. Di samping itu dalam budidaya kopi organik aspek sosial ekonomi juga menjadi perhatian utama. Jadi, tidak seperti anggapan masyarakat selama ini bahwa kopi organik adalah budidaya kopi tanpa pestisida, pupuk buatan dan tanpa pemeliharaan sama sekali. Justru, pada budidaya kopi organik jauh lebih banyak aspek yang harus diperhatikan.
Kopi organik hanya dapat diproduksi pada kondisi sumberdaya lahan yang tingkat kesuburan tanahnya tinggi, curah hujannya cukup serta daya dukung lingkungannya tinggi.
Pengelolaan tanah mempunyai arti yang sangat penting yang meliputi penyediaan bahan organik yang cukup di dalam tanah dan memanfaatkan mikrobia seperti jamur mikoriza ber VA. Mengingat daerah pertanaman kopi arabika umumnya di daerah dataran tinggi dengan topografi berbukit hingga bergunung, maka pengendalian erosi dengan terasering mutlak dilakukan.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman kopi dilakukan dengan mempergunakan sistem pengedalian terpadu dengan mengutamakan pe-ngendalian secara hayati. Jamur Beauveria bassiana dapat dipergunakan untuk mengendalikan hama bubuk buah kopi, Trichoderma sp. untuk pengendalian jamur akar kopi. Selain itu ekstrak daun mimba (Azadirachta indica) dapat dimanfaatkan sebagai pestisida botani.
Penanganan pasca panen kopi organik memerlukan kecermatan agar sesuai dengan ketentuan standar mutu biji kopi. Dalam menghasilkan kopi organik yang lebih penting untuk di-perhatikan adalah adanya saling me-nguntungkan antara produsen/petani, pengolah (prosesor) dan pedagang (eksportir).
Propinsi yang telah meng-ekspor kopi organik adalah D.I. Aceh dan Timor Timur. Premium yang diperoleh oleh kopi organik berkisar antara 20-70,5 persen.
Pengendalian Secara Terpadu (Pengolahan Tanah Minimum dan Penggunaan Herbisida)
• Semprot alang-alang yang sedang tumbuh aktif dengan herbisida sistemik.
• Rebahkan alang-alang yang sudah mati dan kering.
• Tanam tanaman semusim dengan cara tugal sebagai pre- cropping.
• Bersamaan dengan itu lahan siap ditanami tanaman penaung dan tanaman kopi dengan tahap-tahap seperti telah diuraikan.
Penanaman Penaung Tanaman Kopi
Ditanami minimal satu tahun sebelum penanaman tanaman kopi.
Syarat - syarat Pohon Penaung
• Memiliki perakaran yang dalam.
• Memiliki percabangan yang mudah diatur.
• Ukuran daun relatif kecil tidak mudah rontok dan memberikan cahaya diffus.
• Termasuk leguminosa dan berumur panjang dan berumur panjang.
• Menghasilkan banyak bahan organik.
• Tidak menjadi inang hama- penyakit kopi.
• Penanaman pohon pelindung
a. Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis.
b. Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.
c. Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.
• Pengaturan pohon pelindung
a. Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi
b. Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
c. Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2
atau 1 : 4.
Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kopi
Hama
• Nematoda Parasit
Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan nematoda endoparasit yang berpindah-pindah. Daur hidup P.coffeae sekitar 45 hari dan R.similis sekitar 1 bulan.
Gejala: Tanaman kopi yang terserang kelihatan kerdil, daun menguning dan gugur. Pertumbuhan cabang-cabang primer terhambat sehingga hanya menghasilkan sedikit bunga, bunga premature dan banyak yang kosong. Bagian akar akar serabut membusuk, berwarna coklat atau hitam. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati.
Pengendalian di pembibitan: Disarankan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan fumigasi media bibit menggunakan fumigan pra tanam, misalnya Basamid G dan Vapam L. Untuk nematisida sistemik dan kontak a.l.: Curaterr 3G, Vydate 100 AS, Rhocap 10G dan Rugby 10G. Vydate diaplikasikan dengan cara disiramkan pada bibit dengan konsentrasi 1,0% dan dengan dosis 250 ml/bibit.
Pengendalian di pertanaman: Penggunaan jenis kopi tahan nematoda parasit.
Digunakan sebagai batang bawah misalnya kopi ekselsa (Coffeae exelsa), klon Bgn 121.09 dan kopi robusta klon BP 961. Cara kultur teknis: pembukaan lubang tanam, rotasi tanaman dan pembuatan parit barier. Pengendalian hayati : Untuk menekan populasi nematoda menggunakan musuh alami berupa bakteri, jamur dan nematoda predator.
Pengendalian kimiawi: Beberapa nematisida sistemik maupun kontak yang disarankan a.l. karbofuran (Curaterr 3G–35 g / tanaman), oksamil (Vydate 100 AS 1,0% 1 – 2.5 l / tanaman) dan etoprofos (Rhocap 10G - 25 g / tanaman). Aplikasi diulang tiap tiga bulan.
Penetapan Penanda Resistensi Kopi Arabika terhadap Nematoda
Penelitian untuk meningkatkan resitensi tanaman kopi arabika ter-hadap nematoda dilakukan dengan beberapa kegiatan, yaitu (a) menetapkan klon kopi robusta yang resisten terhadap nematoda berdasarkan analisis histopatologis dan analisis protein akar SDS-PAGE, (b) hibridisasi somatik (fusi protoplas) antar kopi robusta yang re-sisten dengan kopi arabika yang rentan terhadap nematoda, dan (c) menetapkan DNA penanda resistensi terhadap ne-matoda. Dari hasil inokulasi nematoda dengan kepadatan populasi 0 - 10.000 ekor nematoda pada tanaman kopi robusta yang tergolong rentan (BP358 & BP 534), moderat (BP 42 & BP 409), dan toleran (BP 6 & BP 959) yang di-tetapkan berdasarkan hasil pengujian pendahuluan, menunjukkan bahwa klon yang rentan mengalami tingkat ke-rusakan akar yang jauh lebih tinggi di-bandingkan dengan klon yang tergolong tingkat resistensinya moderat dan toleran. Hal tersebut diperkuat dengan hasil analisis elektroforesis akar yang menunjukkan bahwa pada klon yang rentan terdapat pola pita protein yang berbeda dengan klon yang moderat dan toleran. Klon yang rentan tidak memiliki protein dengan berat molekul sekitar 29 kDa.
Penetapan DNA penanda dengan RAPR menggunakan 20 promer acak mampu menghasilkan potongan DNA dengan berat molekul 250-3500 bp, sedang primer yang dapat digunakan sebagai pembeda antar klon yang rentan dan toleran adalah abi-11712 dengan susunan basa sebagai berikut: GAA ATT AAA CTT TAT TAG CGA AG.
• Hama Penggerek Buah Kopi
Serangga dewasa penggerek buah kopi atau bubuk buah kopi (BBK), Hypothenemus hampei (Coleoptera , Scolytidae ) berwarna hitam kecoklatan, panjang yang betina sekitar 2 mm dan yang jantan 1,3 mm. Telur diletakkan dalam buah kopi yang bijinya mulai mengeras, umur stadium telur 5 – 9 hari. Lama stadium larva 10 – 26 hari, prapupa 2 hari dan stadium pupa 4 – 9 hari. Masa perkembangan dari telur sampai dewasa 25 – 35 hari. Lama hidup serangga betina rata-rata 156 hari dan serangga jantan maksimum 103 hari.
Gejala : Serangga BBK masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang - lubang dan bermutu rendah.
Pengendalian:
Pengendalian secara kultur teknis: Memutus daur hidup BBK, meliputi tindakan : Petik bubuk, yaitu mengawali panen dengan memetik semua buak masak yang terserang bubuk 15 –30 hari menjelang panen besar. Lelesan, yaitu pemungutan buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah terserang maupun buah tidak terserang, selanjutnya buah juga direndam dalam air panas. Racutan / rampasan, yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada akhir panen. Semua buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam air panas 5 menit. Pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai bagi perkembangan BBK.
Pengendalian secara biologi: Menggunakan parasitoid Cephalonomia stephanoderis dan jamur patogen (Beauveria bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan dengan dosis 2,5 kg biakan padat per hektar selama tiga kali aplikasi per musim panen. Penggunaan tanaman yang masak serentak : Varietas USDA 230731 dan USDA 230762.
Penyakit Tanaman Kopi
• Penyakit Karat Daun pada Tanaman Kopi
Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B. et. Br. merupakan penyakit utama pada tanaman kopi arabika. Tanaman sakit ditandai oleh adanya bercak-bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah menjadi kuning tua. Di bagian ini terbentuk tepung berwarna jingga cerah (oranye) dan tepung dan ini adalah uredospora jamur H. vastatrix Bercak yang sudah tua berwarna coklat tua sampai hitam, dan kering. Daun- daun yang terserang parah kemudian gugur dan tanaman menjadi gundul. Tanaman yang demikian menjadi kehabisan cadangan pati dalam akar- akar dan rantingrantingnya, akhirnya tanaman mati.
Dalam pembiakan dan penyebarannya, H vastatrix menggunakan uredospora yang mula-mula berbentuk bulat, kemudian berubah menjadi memanjang dan bentuknya mirip dengan juring buah jeruk. Uredospora yang telah masak berwarna jingga, pada sisi luarnya dibagian yang cembung mempunyai duri-duri. Penyebaran oredospora dari pohon ke pohon terjadi karena benturan bantuan percikan air menyebabkan uredospora sampai pada sisi bawah daun. Infeksi jamur terjadi lewat mulut-mulut daun yang terdapat pada sisi bawah daun. Dalam proses infeksinya uredospora mula-mula membentuk buluh kecambah, kemudian membentuk apresorium di depan mulut kulit, selanjutnya jamur mengadakan penetrasi kedalam jaringan jamur. Disamping bantuan air, beberapa agensia lain yang berpotensi membantu menyebarkan uredosspora adalah angin, spesies trips tertentu, burung dan manusia. Pada kopi robusta, penyakit ini tidak menjadi masalah, sedangkan pada kopi arabika penyakit ini menjadi masalah utama. Cara pengendalian penyakit sementara ini dilakukan dengan dua cara, yaitu menanam jenis-jenis kopi arabika yang tahan seperti S 333 , S 288 dan S 795, dan pengendalian dengan Fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air.
• Penyakit Bercak Daun Cercospora
Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora coffeicola B.et Cke. C.coffeicola mempunyai konidium berbentuk gada, ukurannya ada yang pendek dan ada juga yang panjang. Konidia dibentuk pada permukaan bercak, berbentuk seperti tepung berwarna abu-abu.
Gejala:
Serangan dapat terjadi pada daun maupun pada buah. Pada daun yang sakit timbul bercak, mula- mula berwarna kuning tapi bercak dikelilingi halo berwarna kuning. Pada buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang lebih banyak menerima cahaya matahari. Pembusukan pada bagian yang berbecak dapat sampai ke biji sehingga dapat menurunkan kualitas.
Pengendalian:
Secara kultur teknis, dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan berimbang dan pengurangan kelembaban kebun melalui pemangkasan dan pengendalian gulma. Secara kimiawi, melalui penyemprotan dengan Bavistin 50 WP 0,2%, Cupravit OB 21 0,35%, Dithane M 45 80 WP 0,2%, Delsene MX 200 0,2% formulasi.
• Penyakit Jamur Upas
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor B.et Br. C.salmonicolor mempunyai basidium yang tersusun parallel pada stadium kortisium. Basidium berbentuk gada pada ujungnya terbentuk empat sterigmata yang mendukung basidiospora.
Gejala:
Cabang atau ranting yang terserang layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah, tengah maupun di ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Stadium sarang laba-laba, berupa lapisan hifa tipis, berbentuk seperti jala berwarna putih perak. Stadium bongkol berupa gambaran hifa berwarna putih biasanya dibentuk pada lentisel atau pada celah-celah. Stadium kortisium berupa lapisan kerak berwarna merah jambu, terdiri atas lapisan himenium, biasanya dibentuk pad sisi bawah cabang atau sisi cabang yang agak ternaung. Stadium nekator berupa bintil-bintil kecil berwarna orange kemerahan merupakan sporodokhia jamur upas. Stadium nekator terdapat pada cabang yang tidak terlindung.
Pengendalian:
Batang atau cabang sakit yang ukurannya masih kecil (diameter < 1 cm) dipotong 10 cm di bawah pangkal di bagian yang sakit. Potongan - potongan batang dan cabang yang sakit dikumpulkan kemudian dibakar. Batang atau cabang sakit yang ukurannya sudah cukup besar, apabila serangannya masih awal, bagian yang sakit cukup diolesi dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz 0,4% formulasi. Apabila serangannya sudah
lanjut, batang atau cabang yang sakit dipotong, sisa cabang atau batang yang dipotong dan cabang-cabang di sekitarnya diolesi dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz.
Penanda Genetik Kopi Robusta untuk Karakter Toleran Kekeringan
Karakter morfologi, hereditas sitogenetik, dan analisis isoenzim merupa-kan metode yang umum digunakan dalam pemuliaan tanaman kopi se-bagai penanda genetik untuk men-deteksi dan menyeleksi turunan hasil silangan. Kelemahan metode tersebut yaitu adanya pengaruh lingkungan dan resolusi diagnosis. Amplifikasi sidik jari DNA merupakan metode yang lebih efektif untuk mendeteksi polimorfisme dan juga merupakan metode yang tangguh dalam pemuliaan tanam-an kopi. Namun, hasil amplifikasi DNA yang terbaik hanya dapat diperoleh dari kondisi reaksi Polymerase Chain Reaction (PCR) yang optimum dan penggunaan primer yang tepat.
Kondisi yang terbaik untuk mengamplifikasi DNA kopi dengan PCR adalah menggunakan 100 mg DNA genomik, 1 unit Taq polimerase, dengan suhu annealing 37oC. Hasil analisis RAPD menunjukkan bahwa primer abi-11712 dengan susunan basa se-bagai berikut: GAA ATT AAA CTT TAT TAG CGA AG dapat digunakan sebagai pembeda klon kopi robusta yang toleran, moderat, dan peka terhadap cekaman kekeringan secara genetis. Sedang polimorfisme genetik antar individu koleksi kopi robusta yang toleran terhadap cekaman kekeringan yang dikumpulkan dari beberapa daerah di Indonesia, terhadap cekaman kekeringan cukup besar dengan jarak genetik berkisar antara 1,6–8,0 yang terdiri atas tiga kelompok populasi.
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen
• Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun.
Pemanenan buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak. Penentuan kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe). Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan :
1) Pemetikan pilih/selektif (petik merah) dilakukan terhadap buah masak.
2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
3) Pemetikan lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan.
4) Pemetikan racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
• Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting) yang rusak.
Pengolahan Biji Kopi
Pengolahan biji merah dilakukan dengan metoda pengolahan basah atau semi-basah, agar diperoleh biji kopi kering dengan tampilan yang bagus, sedangkan buah campuran hijau, kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering. Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented). Biji kopi dapat diolah dengan beberapa cara yaitu: pengolahan cara kering, pengolahan basah, dan pengolahan semi basah.
A. Pengolahan Cara kering
Metoda pengolahan cara kering banyak dilakukan di tingkat petani karena mudah dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani. Tahap-tahap pengolahan kopi cara kering
Pengeringan
1) Kopi yang sudah dipetik dan disortasi (dipilih) harus sesegera mungkin dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan mutu. Kopi dikatakan kering apabila waktu diaduk terdengar bunyi gemerisik.
2) Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopi gelondong lalu dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan merebus kopi gelondong lalu dikupas kulit harus dihindari karena dapat merusak kandungan zat kimia dalam biji kopi sehingga menurunkan mutu.
3) Apabila udara tidak cerah pengeringan dapat menggunakan alat pengering mekanis.
4) Tuntaskan pengeringan sampai kadar air mencapai maksimal 12,5%
5) Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara dijemur
6) Pengeringan dengan mesin pengering tidak diharuskan karena membutuhkan biaya mahal.
Pengupasan kulit (Hulling)
1) Hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya.
2) Hulling dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller). Tidak dianjurkan untuk mengupas kulit dengan cara menumbuk karena mengakibatkan banyak biji yang pecah. Beberapa tipe huller sederhana yang sering digunakan adalah huller putar tangan (manual), huller dengan penggerak motor, dan humermill.
Pengupas Kulit Kopi Radial
kulit kopi (huller) radial adalah mesin pengupas kulit buah kopi kering maupun kopi pecah kulit (HS) kering yang menggunakan ban mobil sebagai unit pengupas. Keuntungan dari penggunaan ban adalah mudah didapat, awet, dapat menggunakan ban baru maupun bekas, dan kekerasannya dapat diatur untuk memperoleh hasil pengupasan yang optimal. Pengupasan radial juga di-lengkapi dengan unit pemisah kulit yang menggunakan sistem "tarik-panjang". Sistem ini dapat memberikan hasil pemisahan yang lebih sempurna, karena perbedaan berat yang kecil sekalipun dapat dipertegas oleh fase penarikan kulit/kotoran yang relatif panjang.
Pengupas radial sangat cocok untuk dimanfaatkan oleh para petani kopi maupun kelompok-kelompok tani. Saat ini tidak kurang dari 25 unit pengupas telah tersebar di beberapa daerah penghasil kopi, khususnya di Sulawesi Selatan.
B. Pengolahan Cara Basah (Fully Washed)
Tahap-tahap pengolahan cara basah terdiri dari:
a. Pengupasan Kulit Buah
b. Fermentasi
c. Pencucian
d. Pengeringan
e. Pengupasan kulit kopi HS
C. Pengolahan Cara Semi Basah (Semi Washed Process)
Pengolahan secara semi basah saat ini banyak diterapkan oleh petani kopi arabika di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Cara pengolahan tersebut menghasilkan kopi dengan citarasa yang sangat khas, dan berbeda dengan kopi yang diolah secara basah penuh. Ciri khas kopi yang diolah secara semi-basah ini adalah berwarna gelap dengan fisik kopi agak melengkung. Kopi Arabika cara semi-basah biasanya memiliki tingkat keasaman lebih rendah dengan body lebih kuat dibanding dengan kopi olah basah penuh. Proses cara semi-basah juga dapat diterapkan untuk kopi Robusta. Secara umum kopi yang diolah secara semi basah mutunya sangat baik. Proses pengolahan secara semi- basah lebih singkat dibandingkan dengan pengolahan secara basah penuh.
Tahap-tahap pengolahan biji kopi semi basah:
a. Pengupasan kulit buah
b. Pemeraman (fermentasi) dan Pencucian
c. Pengeringan awal
d. Pengupasan kulit tanduk/cangkang
e. Pengeringan biji kopi.
Sortasi (Pemisahan)
Sortasi Buah
Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang bagus (masak, bernas, seragam) dari buah yang tidak bagus (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas.
Sortasi Biji Kopi Beras
Sortasi biji kopi beras bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran-kotoran non kopi seperti serpihan daun, kayu
atau kulit kopi. Selain itu juga untuk memisahkan biji kopi berdasarkan ukuran dan cacat biji. Pemisahan berdasarkan ukuran dapat menggunakan ayakan mekanis maupun dengan manual.
Pengemasan dan Penggudangan a. Kemaslah biji kopi dengan menggunakan karung yang bersih dan baik, serta diberi label sesuai dengan ketentuan
Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2907-1999). Simpan tumpukan kopi dalam gudang yang bersih, bebas dari bau asing dan kontaminasi lainnya
b. Karung diberi label yang menunjukkan jenis mutu dan identitas produsen. Cat untuk label menggunakan pelarut non minyak.
c. Gunakan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bau asing
d. Atur tumpukan karung kopi diatas landasan kayu dan beri batas dengan dinding
e. Monitor kondisi biji selama disimpan terhadap kondisi kadar airnya, keamanan terhadap organisme gangguan (tikus, serangga, jamur, dll) dan faktor-faktor lain yang dapat merusak kopi
f. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penggudangan adalah: kadar air, kelembaban relatif dan kebersihan gudang.
g. Kelembaban ruangan gudang sebaiknya 70%.
STANDARISASI KOPI
Pada prinsipnya penanganan pasca panen kopi harus memperhatikan keamanan pangan. Oleh karena itu harus dihindari terjadinya kontaminasi dari beberapa hal yaitu :
a. Fisik (tercampur dengan benda asing selain kopi, misalnya: rambut, kotoran, dll);
b. Kimia (tercampur bahan-bahan kimia);
c. Biologi (tercampur jasad renik yang bisa berasal dari pekerja yang sakit, kotoran/sampah di sekitar yang membusuk)
Spesifikasi persyaratan mutu kopi.
NO | JENIS UJI | SATUAN | PERSYARATAN |
1 2 3 4 5 6 7 | Kadar air, (b/b) Kadar kotoran berupa ranting, batu, tanah dan benda-benda asing lainnya Serangga hidup Biji berbau busuk dan berbau kapang Biji ukuran besar, tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm (b/b) Biji ukuran sedang lolos lubang ayakan ukuran diameter 7,5 mm, tidak lolos ayakan lubang ukuran diameter 6,5 mm (b/b) Biji ukuran kecil, lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 6.5 mm, tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 5,5 mm (b/b) | % % - - % % % | Masksimum 1 Maksimum 0,5 bebas bebas Maksimum lolos 2,5 Maksimum lolos 2,5 Maksimum lolos 2,5 |
Jenis mutu kopi.
Mutu | Syarat Mutu |
Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3 Mutu 4-A Mutu 4-B Mutu 5 Mutu 6 | Jumlah nilai cacat maksimum 11 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44 Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225 |
Semoga bermanfaat
Salam tani![]()
Dwi Hartoyo,SP
REFERENSI
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kopi.html
http://prasetyowidi.wordpress.com/2008/06/06/budidaya-kopi-arabica/
http://pekebun.com/?p=326
http://www.coffeecommunity.web.id/coffee-land/teknik-budidaya-kopi/
http://www.scribd.com/doc/29391617/BUDIDAYA-KOPI
http://www.serambinews.com/news/view/26890/program-budidaya-kopi-gayo-harus-diprioritaskan
http://www.ipard.com/penelitian/penelitian_kopi.asp
http://berita.kapanlagi.com/ekonomi/nasional/p3k-aeki-terus-kembangkan-budidaya-kopi-robusta-hyln7xf.html
http://agusns.staff.umy.ac.id/?p=171
http://antaranews.com/berita/1273020579
http://binaukm.com/2010/05/karakteristik-tanaman-kopi-dalam-usaha-budidaya-tanaman-kopi/
http://www.ipard.com/Produk/KopiRobusta.asp
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/index.php?
http://blogs.unpad.ac.id/yunmyu/?p=1
http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi