Tanah, Pupuk dan Pengelolaan Tanah


Braga Street in the mid-1930s.
Braga Street in the mid-1930s. (Photo credit: Wikipedia)
Kebanyakan tanah terdiri dari suatu lapisan bahan mineral yang telah mengalami pelapukan, karena sedikit atau banyak telah dipengaruhi oleh iklim, pengatusan dan penutupan vegetasi. Jadi, tanah tidak saja merupakan hasil pelapukan dari bahan induknya tetapi hasil dari kerja lingkungannya. Tanah di daerah tropika basah, karena curah hujan yang tinggi, biasanya tercuci sehingga mengandung lebih sedikit hara daripada tanah yang berasal dari kawasan yang lebih kering, dan karena substansi alkalisnya (kalsium, magnesium, kalium dan natrium) telah tercuci keluar, cenderung bersifat masam secara alami. Tanah-tanah demikian, terutama yang terbentuk di kawasan hutan, kesuburannya sangat tergantung pada tingkat bahan organiknya, yang memberikan perbaikan sifat-sifat fisika (penerimaan/penangkapan curah hujan, kerapatan massa rendah dan penyimpanan lengas) dan daya pegang hara (kapasitas pertukaran kation).

Di beberapa daerah terdapat tanah gambut yang hampir seluruhnya terdiri dari bahan organik - suatu tingkatan yang sangat tinggi. Tanah demikian dapat diperbaiki dengan pengatusan dan pembajakan dalam untuk mengangkat tanah bawahan (sub soil) untuk mengurangi kadar bahan organiknya.

Di daerah yang lebih kering tanah cenderung kurang masam karena kurang tercuci.

Pada tanah mineral, yang merupakan bagian terbesar dari tanah-tanah tropika, sifat bahan induk (batuan darimana tanah itu berasal) mempengaruhi kandungan haranya, stabilitas dan kerentanannya terhadap erosi, maupun kemudahan pengolahannya. Tanah yang berasal dari batuan gunung berapi seperti granit dan basalt seringkali sangat stabil (tanah yang tak bergerak atau tererosi). Tanah-tanah tersebut dapat juga memiliki permeabilitas yang baik jika terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi, karena bahan yang lebih halus tercuci keluar selama waktu periode geologi yang panjang. Kandungan hara (kalsium, magnesium dan kalium) akan bervariasi. Batuan masam seperti granit sebagai bahan induk, kandungan haranya dapat sangat rendah, tetapi pada batuan basa seperti basalt, kandungan haranya akan tinggi bahkan sangat tinggi, tergantung dari derajat pencuciannya. Batuan gunung berapi ini biasanya terdapat di daerah yang bergunung.

Tanah lainnya yang memiliki sifat-sifat yang sangat mirip dengan tanah basalt adalah tanah yang berasal dari batuan kapur. Dapat berupa tanah gunung atau tanah dataran dan merupakan bahan sisa yang tertinggal setelah pelapukan selama periode geologi lama. Warnanya merah, kadang-kadang dengan pemasukan (inclusion) batu kapur yang menyolok dan kandungan kapur yang tinggi. Di daerah datar, tanah ini didominasi oleh batu kapur atau marl (lempung + pasir + kapur).

Tanah yang berasal dari batuan endapan, maupun tanah yang baru terbentuk oleh pengendapan yang dibawa oleh air atau angin, jauh kurang stabil dan biasanya peka terhadap erosi. Ini disebabkan karena tanah tersebut tersusun dari bahan yang mudah dipindahkan oleh air atau angin. Tanah endapan (sedimentary soils) (dari batuan sedimen seperti serpih dan batupasir) ditemukan di kawasan bergelombang dan bergunung di mana mereka muncul oleh gerakan tanah (dorongan ke atas), dan juga pada lahan datar sebagai akibat erosi, yang kemudian digolongkan sebagai tanah yang berbeda. Karena tanah endapan demikian itu sering terdapat di daerah yang datar, yang merupakan akibat dari kemudahannya tererosi, mereka merupakan tanah pertanian  dominan di dunia.