Ekologi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)


Hevea brasiliensis atau lebih dikenal dengan nama tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang menghasilkan bahan baku karet untuk industri. Karet berasal dari suatu lembah di daerah Amazon brasilia. Sekarang, negara-negara yang menjadi penghasil karet utama dunia adalah Indonesia dan Malaysia, serta negara-negara tropis lainnya seperti Vietnam, Ceylon,Brasil.

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai variasi suhu, curah hujan dan ketinggian tempat. Walaupun demikian, ketinggian tempat yang diinginkan oleh karet adalah antara 0 - 700 meter dari permukaan laut, dengan kisaran suhu antara 25 - 28 derajat celcius. Tentu saja ketinggian tempat berpengaruh pada umur dapat sadap karet. Dimana, jika karet ditanam pada ketinggian di atas 800 meter di atas permukaan laut, tanaman baru matang sadap diumur sekitar 10 tahun sedangkan pada ketinggian di bawah 200 meter dari permukaan laut, umur matang sadap yaitu sekitar 6 tahun.

Tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah tanah-tanah yang tidak padat, tidak tergenang air serta memiliki aerasi yang baik. Karet menyukai tanah-tanah masam dan dapat tumbuh baik pada pH tanah dengan kisaran antara 4 - 6,8.

Ditinjau dari aspek penyakit, kelembaban yang terlalu tinggi, baik kelembaban tanah atau kelembaban udara sangat membahayakan tanaman karet. Penyakit-penyakit seperti cendawan akar dan batang sering berkembang dalam kondisi lembab. Akan tetapi, jika suhu terlalu kering, tanaman karet juga tidak tahan karena tanaman karet merupakan tanaman yang dikenal sensitif terhadap kekeringan. Tanaman karet yang mengalami kekeringan akan terlihat merontokkan daunnya. 

Curah hujan untuk tanaman karet adalah 1500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun, akan tetapi lebih disenangi curah hujan antara 2500 - 4000 mm/tahun, yang penting pada pagi hari terutama saat penyadapan tidak ada hujan yang turun di pagi hari.

Angin yang kencang tidak baik untuk tanaman karet. Selain menimbulkan kerusakan mekanis seperti dahan patah-patah atau batang tumbang, juga dapat menurunkan produksi lateks. Hal ini disebabkan karena terlalu banyak transpirasi yang terjadi.

menanam-tanaman
(Sumber foto: yopiepangkey.wordpress.com)