Kebijakan tentang pencabutan subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) awal periode pemerintahan Jokowi – JK, menjadi isu sentra bagi rakyat Indonesia khususnya masyarakat miskin, ide pemerintah untuk tidak memanjakan rakyatnya dengan subsidi BBM seakan menjadi pukulan telak bagi rakyatnya, walau terkadang kebijakan tentang penghapusan subsidi GAS dan BBM tersebut dinilai aneh bagi para pengamat ekonomi, namun pemerintah seakan tidak ambil pusing dengan apa yang dikatakan mereka.
Mengenai carut marutnya persoalan subsidi BBM dan Gas, tentu ada baiknya pula dibicarakan tentang energy alternative selain dari energy alam dan fosil tersebut, salah satu alternative yang mungkin untuk dijadikan energy cadangan adalah dengan memanfaatkan ternak sebagai sumber energy baru.
Pemanfaatan ternak sebagai sumber energy terbarukan baru berkembang di pulau jawa saja, sementara itu daerah-daerah lain belum dilakukan dengan maksimal, termasuk di Sumatera Barat.
Situs berita www.tempo.co, kamis 17 Maret 2013 memberitakan di Jawa Timur ada sekitar 5.100 Reaktor Biogas, energy tersebut dimanfaatkan dari hewan ternak masyarakatnya, proyek yang di motori oleh Yayasan Rumah Energi dalam program BIRU (Biogas Rumah), menurut Koordinator Program BIRU Provinsi Jawa Timur, Wasis Sasmito, dari 8.300 reaktor yang telah dibangun secara nasional, jumlah terbanyak di Jawa Timur. Sedangkan provinsi lain yang juga telah memiliki reactor biogas adalah di Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Lampung.
Tentu tidak bermaksud membandingkan Sumatera Barat dengan pulau yang selalu mendapat perhatian penuh tersebut, Provinsi Jawa Timur membangun energy Biogas tersebut juga dengan kerja keras, sehingganya yayasan rumah energy yang bekerjasama dengan Hivos Norwegia mampu menjadikan potensi daerah Jawa Timur sebagai program Biru yang berhasil.
Sementara itu tahun 2012 terjadi lagi penambahan plafon KUPS sebanyak 10 Miliar, mengutip dari pemberitaan situs www.antarasumbar.com , kata Kepala Dinas Peternakan Sumbar, Edwardi, data dari realisasi KUPS diterima Disnak Sumbar dari bank-bank penyalur, secara keseluruhan sebesar Rp27,53 miliar lebih, khusus Bank Nagari plafon sebesar Rp23,27 miliar dan Bank Nagari Syariah dengan plafon senilai Rp1,75 miliar, kini sudah terealisasi sebesar Rp23 miliar.
Alangkah baiknya kita mulai mengembangkan alternative energy biogas ini, untuk mengantisipasi pencabutan penuh subsidi Gas dan BBM yang setiap hari menghantui ekonomi rakyat, lalu bagaimana cara kita yang di Sumatera Barat ini memulainya, kita simak pada artikel selanjutnya.
Mengenai carut marutnya persoalan subsidi BBM dan Gas, tentu ada baiknya pula dibicarakan tentang energy alternative selain dari energy alam dan fosil tersebut, salah satu alternative yang mungkin untuk dijadikan energy cadangan adalah dengan memanfaatkan ternak sebagai sumber energy baru.
Pemanfaatan ternak sebagai sumber energy terbarukan baru berkembang di pulau jawa saja, sementara itu daerah-daerah lain belum dilakukan dengan maksimal, termasuk di Sumatera Barat.
Situs berita www.tempo.co, kamis 17 Maret 2013 memberitakan di Jawa Timur ada sekitar 5.100 Reaktor Biogas, energy tersebut dimanfaatkan dari hewan ternak masyarakatnya, proyek yang di motori oleh Yayasan Rumah Energi dalam program BIRU (Biogas Rumah), menurut Koordinator Program BIRU Provinsi Jawa Timur, Wasis Sasmito, dari 8.300 reaktor yang telah dibangun secara nasional, jumlah terbanyak di Jawa Timur. Sedangkan provinsi lain yang juga telah memiliki reactor biogas adalah di Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Lampung.
Tentu tidak bermaksud membandingkan Sumatera Barat dengan pulau yang selalu mendapat perhatian penuh tersebut, Provinsi Jawa Timur membangun energy Biogas tersebut juga dengan kerja keras, sehingganya yayasan rumah energy yang bekerjasama dengan Hivos Norwegia mampu menjadikan potensi daerah Jawa Timur sebagai program Biru yang berhasil.
Halnya dengan Sumatera Barat, tahun 2010 Provinsi ini mendapat kucuran dana yang fantastis lewat program Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP), melalui kredit KKPE dan KUPS, situs Gubernur Sumbar www.irwan-prayitno.com dalam artikel “Sumatera Barat Bangkit” terbitan tanggal 24 Agusntus 2014, menjelaskan dengan rinci, bahwa melalui program GPP sudah didistribusikan sapi sebanyak 29.248 ekor, meliputi 16.943 KK dengan nilai Rp 400 miliar. Ternak unggas sejumlah 74.000 ekor dengan nilai Rp 4 miliar. Penerima kredit KKPE Peternakan telah berjumlah 886 kelompok dengan nilai Rp 95 miliar dan KUPS dengan peserta 106 orang dengan nilai Rp 52 miliar, selain itu berbagai pihak dan pemangku kepentingan ikut juga terlibat dalam pengembangan ternak di Sumatera Barat.
Sementara itu tahun 2012 terjadi lagi penambahan plafon KUPS sebanyak 10 Miliar, mengutip dari pemberitaan situs www.antarasumbar.com , kata Kepala Dinas Peternakan Sumbar, Edwardi, data dari realisasi KUPS diterima Disnak Sumbar dari bank-bank penyalur, secara keseluruhan sebesar Rp27,53 miliar lebih, khusus Bank Nagari plafon sebesar Rp23,27 miliar dan Bank Nagari Syariah dengan plafon senilai Rp1,75 miliar, kini sudah terealisasi sebesar Rp23 miliar.
Nilai yang disebutkan diatas merupakan angka yang luar biasa untuk bantuan kepada masyarakat dibidang peternakan, sangat besar peluangnya untuk menciptakan energy terbarukan dari puluhan ribu bantuan ternak yang sudah di kucurkan dalam bentuk KKPE dan KUPS, namun agaknya pergerakan kepada penciptaan energy biogas dengan memanfaatkan hewan ternak ini, belum sepenuhnya dilakukan atau bisa jadi belum dilakukan sama sekali.
Alangkah baiknya kita mulai mengembangkan alternative energy biogas ini, untuk mengantisipasi pencabutan penuh subsidi Gas dan BBM yang setiap hari menghantui ekonomi rakyat, lalu bagaimana cara kita yang di Sumatera Barat ini memulainya, kita simak pada artikel selanjutnya.
(Foto : Sapi ternak P3L Dharmasraya) |