Salah satu patogen yang sangat merugikan tanaman tomat adalah virus, diantaranya adalah Begomovirus, tingginya serangan virus ini tampaknya berkorelasi dengan penurunan produktivitas tanaman tomat.
Gejala yang timbul karena infeksi begomovirus pada tanaman tomat sangat bervariasi, tergantung dari strain virus, kultivar, umur tanaman pada waktu terinfeksi dan lingkungan, umumnya gejala yang timbul pada tanaman tomat merupakan kombinasi mosaik kuning, belang-belang klorotik, klorotik pada ujung daun, daun berkerut, daun mengecil, tanaman menjadi kerdil dan bunga cepat rontok.
Di Indonesia, infeksi begomovirus pada tomat menimbulkan gejala berupa penebalan tulang daun, lamina daun berkerut-kerut, menguning tepi daun melengkung keatas, daun menjadi keriting dan tanaman menjadi kerdil.
Penularan Begomovirus
Begomovirus pada umumnya dapat ditularkan dengan berbagai cara, baik melaui serangga vektor kutu kebul maupun wereng daun, melalui penyambungan dan secara mekanik dengan cairan perasan tanaman sakit, walaupun demikian penularan dan pemencaran virus tersebut dilapngan terutama ditentukan oleh aktifitas serangga vektor.
Begomovirus merupakan salah satu genus dari famili genimivirus, geminivirus merupakan golongan virus tumbuhan dengan morfologi partikel yang berbeda dengan golongan virus tumbuhan lainnya yang telah umum dikenal, begomovirus dari famili geminivirus ini pada tanaman tomat ditularkan oleh serangga vektor kutu kebul.
Cara pengendalian Begomovirus
Sampai saat ini belum ditemukan bahan kimia atau cara fisik yang dapat mematikan atau menginaktifkan begomovirus dalam tanaman tanpa mempengaruhi kehidupan tanaman itu sendiri, oleh karena itu, saat ini pengendalian penyakit virus bukan ditujukan untuk menyembuhkan tanaman yang terinveksi, namun lebih mengutamakan pada pengelolaan ekosistem yang dapat mencegah dan mengurangi terjadinya infeksi virus pada tanaman lainnya.
Secara alamiah begomovirus tidak menular melalui benih tapi hanya menular melalui bantuan serangga vektor, salah satu diantaranya bemicia tabacci (kutu kebul), bila ada tanaman tomat atau cabai yang menunjukkan gejala daun kuning keriting atau melengkung sebaiknya dicabut dan dibuang, mengendalikan kut kebul (bemicia tabacci) dapt dilakukan secara biologi, fisik atau kimia dengan pestisida.
Kutu kebul secara biologi dapat dikendalikan dengan parasit Encarsia, pengendalian dengan cara ini dianjurkan jika serangan tidak terlalu tinggi, namun bila populasi tinggi sebaiknya diikuti cara pengendalian lainnya, secara fisik kutu kebul juga dapat dikendalikan dengan perangkat terbuat dari plastik atau papan berwarna kuning, lau bungkus dengan plastik transparan yang bagian luarnya telah diberi lem, lalu dipasang ditengah areal pertanaman tomat.
Pengendalian dengan pestisida organik bisa juga dengan menggunakan Pyrethin (dari Chrysantheum) dan nimba, pestisida organik daun sirsak dan pestisida organik daun sirih , bisa juga dikendalikan dengan pestisida kimia, namun dalam hal ini saya pribadi tidak menganjurkan karena pestisida kimia termasuk kurang ramah terhadap populasi serangga patogen.