English: Electron shell diagram for nitrogen, the 7th element in the periodic table of elements. (Photo credit: Wikipedia) |
Untuk memperoleh hasil pertanian yang tinggi, tanah haruslah berstruktur baik dan dapat menerima air dan hujan tanpa mengerak, tererosi atau longsor. Tanah ini harus dapat menahan lengas pada tingkatan yang memadai dan memiliki tingkat kemasaman dalam rentang yang dapat diterima tanaman (di daerah tropika biasanya pH 5,5 sampai 6,8). KPKnya harus diatas 5 miliekuivalen/100 g sebagai batas minimum mutlak. Dalam budidaya sayuran, KPK kebanyakan tanah jauh lebih tinggi daripada ini.
Salah satu cara untuk memperbaiki tanah adalah dengan penggunaan bahan organik. Bahan organik mampu memperbaiki kemampuan memegang nutrien (KPK) dan kemampuan memegang air, serta memperbaiki pengatusan dan kemantapan tanah melalui perbaikan struktur tanahnya. Inilah alasan utama menekankan pemberianbahan organik secara teratur pada kebanyakan tanah tropika yang digunakan untuk produksi sayuran, terutama pada budidaya sayuran yang intensif.
Cara-cara praktis untuk memelihara ketersediaan bahan organik tanah dalam bertanam sayuran, sebagai berikut:
Pupuk Organik dan Kompos
Pupuk organik, disamping memasok beberapa nutrisi yang diperlukan untuk hasil sayuran yang tinggi, juga memegang peranan penting lainnya, mencakup perbaikan struktur tanah dan kapasitas penahan air dalam daerah perakaran, aerasi yang meningkat dari media perakaran, kerapatan massa tanah yang lebih rendah dan meningkatnya KPK serta pemegangan nutrien utama lainnya seperti nitrogen dan fosfor. Tetapi pupuk organik harus mempunyai komposisi yang benar dan harus memiliki nisbah nitrogen terhadap karbon yang tinggi; apabil tidak, mereka dapat menahan sementara nutrien tanaman dan mengurangi pertumbuhan tanaman.
Bila pupuk organik diberikan pada tanah, nitrogen yang terkandung didalamnya dipergunakan oleh jasad renik (mikroorganisme) untuk pertumbuhannya sendiri. Dengan bahan organik yang mempunyai kandungan nitrogen rendah (nisbah karbon terhadap nitrogen, atau C/N tinggi), seperti jerami padi atau brangkas jagung, jasad renik akan mengambil nitrogen yang diperlukan untuk mengurai bahan tersebut dari tanah, dengan demikian menyebabkan kekurangan hara tanaman yang paling esensial untuk sementara waktu. Inilah sebabnya mengapa dianjurkan memberikan pupuk anorganik sebagai tambahan pada pupuk kandang untuk mengoptimalkan hasil pertanaman, kecuali bila pupuk kandang tersebut bermutu sangat tinggi.
Kompos, pupuk segar (yakni tanpa jeram atau sekam padi dan bahan-bahan lainnya) tidak cocok untuk digunakan secara langsung, karena disamping kesulitan penanganannya juga dapat menyebabkan terbakarnya tanaman. Oleh karena itu, bahan-bahan tersebut harus dikomposkan sebelum digunakan.
Sumbangan hara dari kompos meningkat dengan penambahan pupuk nitrogen, fosfor, dan kalium pada waktu penbuatan. Setiap ton kompos diberi dosis pupuk sebagai berikut;
sulfat ammonia (nitrogen) 20 kg
superfosfat 30 kg
kalium nitrat 40 kg
Pupuk Hijau dan Sisa Pertanaman (Organik)
Di beberapa daerah, pupuk hewani tidak tersedia dalam jumlah cukup, dan untuk mempertahankan bahan organik pada tingkat yang memadai bagi pengelolaan tanah liat maupun tanah pasiran, diperlukan pupuk hijau disertai pembenaman sisa-sisa pertanaman. Pupuk anorganik saja mungkin tidak sesuai terutama pada tanah liat.
Celakanya banyak sisa tanaman yang memiliki nisbah C/N yang terlalu tinggi, terutama bila mulsa (biasanya jerami atau rumput kering) digunakan sebagai suatu perlakuan budidaya dan kemudian dibenamkan dalam tanah. Untuk penguraian jerami yang cukup, nisbah C/Nnya harus 10 atau dibawahnya. Karena alasan inilah perlu ditanam tanaman legum untuk kemudian dibenamkan dalam tanah. Tanaman legum dapat ditanam sekali dalam satu sampai tiga tahun dalam pergiliran di dalam pertanian sayuran, tergantung dari kondisi tanah dan kebutuhannya. Cara menaikkan tingkat bahan organik ini berguna di daerah dimana pupuk pabrik sulit didapatkan atau mahal. Penanaman legum ini juga akan mencegah tumbuhnya gulma. Jika tingkat bahan organik dipertahankan pada tingkatan yang layak (kira-kira 5% bahan organik atau 2% karbon), tanah untuk penanaman sayuran itu akan terolah baik dan secara konsisten memberikan hasil pertanaman yang baik. Nisbah C/N dapat juga diatur dengan menggunakan pupuk nitrogen.