COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Bemestingsproef van bibit in ingegraven potten TMnr 10012056 (Photo credit: Wikipedia) |
Tanah walaupun dilihat sepintas sama, tetapi memiliki sifat-sifat yang berbeda antara satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lainnya. Bahkan, dalam setiap jengkal tanah memiliki sifat yang berbeda, apalagi jikalau tanah tersebut berbeda tempat. Oleh karena itu, ketika kita hendak bertanam sayuran harus diperhatikan cara pengelolaan tanah tersebut, khususnya dalam segi karakteristik wilayah. Berikut panduan praktis dalam pengelolaan tanah.
Tipe tanah dan pengolahan Lahan
Tipe tanah yang dimaksud disini adalah sifat kimia dari tanah tersebut seperti apakah terlalu banyak mengandung pasir, debu (lempung) ataukah terlalu banyak mengandung liat. Tipe tanah dan lahan utama yang mungkin dihadapi dalam usaha pertanian sayuran di daerah tropika khususnya adalah sebagai berikut:
Areal atau daerah datar atau lempungan rendah dengan pengelolaan sebagai masalah utama. Daerah demikian dapat terdiri dari beberapa jenis tanah Inceptisol, Entisol (yang merupakan tanah-tanah muda yang masih berkembang), Mollisol (tanah-tanah lunak atau tanah dengan solum dangkal), tanah Vertisol (tanah dengan sifat plastis yang mudah mengembang dan mengerut), dan di kawasan dengan intrusi garam serta tanah Aridisol (tanah di daerah dengan curah hujan yang rendah atau kering). Kebanyakan tanah ini adalah tanah masam (pH di bawah 7), tetapi tanahVertisol dan Aridisol dapat mendekati netral atau basa. Kebanyakan tanah-tanah tersebut berasal dari fraksi yang sangat mudah lapuk daribahan induknya dan sangat sukar dikelola, kecuali Vertisolyang berasal dari bahan induk basalt. Beberapa tanah marin atau tanah di daerah pantai, bila dikelola, dapat menjadi sangat masam (tanah sulfat masam). Beberapa daerah rendah mungkin juga mempunyai lapisan gambut di lapisan subsoilnya.
Tanah-tanah pasir koluvial, daerah dengan kontur datar atau sedikit berbukit dengan pengatusan yang lebih baik, atau terbentuk dari hasil endapan sedimen di dekat atau diantara bukit-bukit atupun didaerah atas dataran banjir (flood plain). Beberapa tanah koluvial berasal dari bahan letusan gunung api atau batu kapur sehingga dari segi pengolahannya lebih mudah ditangani.
Tanah-tanah pedalaman berbukit, mencakup daerah landai sedang sampai curam yang dalam pengelolaannya memerlukan penterasan konstruksi bedengan untuk budidaya sayuran. Tanah dalam kategori ini adalah tanah Oxisol, Alfisol dan Ultisol. Tergantung bahan induknya, tanah-tanah ini dapat mudah atau sukar diolah dan mantap atu sangat peka terhadap erosi.
Banyak tanah dataran yang mengandung fraksi debu yang sangat mudah lapuk memiliki sifat yang kurang baik, yaitu mengeras jika kering. Sifat ini akan menghalangi pertumbuhan semai dan memerlukan pengolahan permukaan tanah yang intensif untuk memecah keraknya. Untuk pengolahan tanah jenis ini dapat digunakan mulsa untuk menjaga agar permukaan tanah tetap basah.
Tanah-tanah tersebut juga dapat menjadi sangat lekat dan sukar diolah ketika basah. Dalam kondisi basah, juga sangat sulit untuk berjalan atau menggunakan peralatan di tanah tersebut, karena tanah melekat pada alas kaki dan roda kendaraan serta mesin-mesin. Untuk melakukan kegiatan pertanian sangat diperlukan papan-papan untuk berjalan. Ini dapat berupa papan pendek biasa yang panjangnya 1-2 m, dilengkapi dengan gelang-gelang kaki sehingga dapat dipindah-pindahkan atau dibuat permanen.
Masalah utama lainnya (khususnya pada tanah lempung dan berpasir) adalah kerentanannya yang besar terhadap erosi. Hujan lebat selama beberapa hari dapat melarutkan banyak tanah. Oleh karena itu, solusi untuk masalah ini adalah penggunaan mulsa. Pemberian mulsa organik pada bedengan yang baru ditanami selalu menguntungkan pada tanah yang bertekstur halus. Pada akhirnya, mulsa akan terurai tetapi pada saat itu tajuk tanaman akan sudah menutup tanah dengan baik. Bila bedengan diberi mulsa jerami, kompetisi gulma akan ditekan selama beberapa minggu sesudah pengolahan tanah. Setelah itu, apabila tanaman tumbuh baik, mulsa boleh di sisihkan karena sudah tidak dibutuhkan lagi untuk menutup permukaan tanah.