Meluruskan Konsep Bertanam Hidroponik


Meluruskan Konsep Bertanam Hidroponik

Alangkah populernya konsep bertanam dengan cara hidroponik akhir-akhir ini, betapa tidak konsep hidroponik menjanjikan hasil yang lebih baik, dibanding pertanaman konvensional, tentu saja bagi pelaku petani hidroponik hal tersebut bukan sesuatu yang buruk, dan hasil yang lebih baik dibanding bertanam secara konvensional menggunakan areal yang ada, sebenarnya hal itu perlu pengkajian ulang.

Bertanam secara hidroponik sangat popular didaerah perkotaan, pasalnya diperkotaan sulit untuk memperoleh lahan yang memadai untuk bercocok tanam, dan hal itu sangat bertolak belakang dengan suasana pedesaan, dimana di desa ketersediaan lahan masih cukup untuk bercocok tanam.

Tananam hidroponik dari asal katanya menjelaskan, bahwa perlakuan tanaman tersebut lebih terfokus kepada ketersediaan air, dengan mengabaikan unsur tanah orang-orang perkotaan juga bisa bercocok tanam, baik itu di atas rumah maupun di dindingnya, dengan kata lain tanah sudah tidak menjadi prioritas lagi.

Ilmu pertanian dan botani sudah menjelaskan bahwa tanah merupakan syarat utama untuk tumbuhnya suatu tanaman, meski dalam konsep hidroponik tanah hanya sebagai tempat berdirinya batang pokok tanaman, berikutnya ketersediaan unsur senyawa untuk pertumbuhan tanaman digantikan dalam bentuk cair, lebih jauh dari kedua hal tersebut tanaman sesungguhnya membutuhkan sosialisasinya dengan yang lain, seperti serangga liar dan mikroorganisme yang terdapat disekitar tanah pertanaman, konsep tersebut seakan terbantahkan oleh sistim hidroponik, dengan menganggap semakin berkurangnya interaksi sosial tanaman dengan lingkungan alamiahnya, maka kemungkinan tanaman akan tumbuh dengan subur dan baik lebih besar, padahal sebenarnya tidak demikian.

Alam semesta melahirkan berbagai serangga dan mikroorganisme yang berkesinambungan dengan tanaman, maka dari itu ada istilah penyerbukan yang diperbantukan oleh serangga, mikroorganisme yang membantu menguraikan zat makanan tanaman, itu pula mungkin yang sangat mendasari perbedaan bertanam secara hidroponik dengan konvensional di tanah, ketika usaha pertanaman lebih dititik beratkan kepada unsur air, sesungguhnya penggiat hidroponik agak sedikit usaha ekstra, karena memikirkan bagaimana unsur untuk tumbuhnya tanaman ini dirubah bentuknya ke air.

"Sebaik-baiknya pupuk cair lebih baik sebenarnya ketersediaan unsur alami yang terdapat di tanah, di dalam tanah terjadi penguraian yang komplek bagi kebutuhan tumbuh tanaman, hal itu belum lagi jika ditinjau dari segi biaya, ketika tanah yang normal menyediakan segala kebutuhan untuk tumbuhnya tanaman, maka biaya bagi pertanaman konvensional di tanah lebih ringan dibanding dengan pola hidroponik".

Jika anda bermaksud melakukan usaha pertanian dengan gaya hidroponik, alangkah bijaknya jika anda juga menganalisa lebih mendalam, mana yang lebih tepat cara yang anda tempuh dengan hidroponik atau dengan pola konvensional di pertanahan, karena bagaimanapun juga interaksi sosial tanaman dengan lingkungan alaminya merupakan sesuatu yang lebih penting, yang terkadang hal tersebut tidak diperoleh pada pola bertanam hidroponik.

Salam …

Selamatkan tanah dengan organik